YOGYAKARTA – Endometriosis merupakan penyakit yang banyak menimbulkan infertilitas dan menganggu reseptivitas endometrium. Pemeriksanaan dini penyakit ini dapat diketahui pada stadium awal. Lewat pemeriksaan biomarker endometrium secara dini, maka dapat dilakukan pencegahan dan pengobatan untuk memperbaiki reseptivitas endometrium, sehingga kegagalan implantasi dapat diturunkan.
Hal itu disampailkan Dokter Spesialis kebidanan dan penyakit kandungan Rumah Sakit Islam Klaten, dr. Uki Retno Budihastuti, SpOG (K), dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Senin (12/11).
Retno mengatakan pemeriksanaan ultrasonografi untuk ketebalan dan tampilan endometrium merupakan cara yang mudah untuk menilai perubahan morfologi yang muncul selama fase folikuler yang digunakan sebagai tolak ukur untuk memprediksi keberhasilan . Polimorfisme pada endometriosis merupakan salah satu variasi genetik yang berpotensi diturunkan generasi selanjutnya. “Adanya deteki dini polimorfisme, dapat diambil terapi genetik untuk memperbaiki tingkat reseptivitas endometrium,†kata Retno.
Dari hasil penelitiannya yang menguji tingkat reseptivitas endometrium pada penderita endometriosis ditemukan bahwa pasien penderita endometriosis memiliki ekpresi Mucin-1 (MUC-1) dan Cyclooxygenase-2 (COX-2) lebih tinggi dibanding pasien normal. Sebaliknya ekpresi Leukemia Inhibitory Factor (LIF) endometriosis lebih rendah dibandingkan pasien normal.
Cyclooxygenase-2 (COX-2) merupakan salah satu biomarker yang perlu desidualisasi blastokis ke dalam dinding endometrium. “Ekpresi COX-2 lebih tinggi dari normal akan mengganggu perlekatan embrio ke dalam dinding endomterium pada saat desidualisasi yang mengakibatkan terganggunya implantasi embrio,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)