YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada berhasil membentuk 1.348 Pos Pemberdayaan Berbasis Keluarga (Posdaya) baru di wilayah Yogyakarta dengan melibatkan 2.062 mahasiswa peserta KKN PPM. Dengan demikian sudah ada 3.000 posdaya yang telah terbentuk di wilayah Yogyakarta. Keterangan tersebut disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Prof. Dr. Suratman, M.Sc., dalam penandatangan kerjasama program pengembangan Posdaya antara LPPM UGM dengan Yayasan Damandiri, Selasa (20/11).
Kerjasama pengembangan posdaya antara UGM dengan yayasan Damandiri ini diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan keluarga melalui peningkatan sumberdaya manusia, penciptaan keluarga sejahtera dan berkeadilan sosial.
Keterlibatan Perguruan Tinggi dalam pendampingan Pembentukan Posdaya , kata Suratman, diarahkan untuk mendukung penyegaran fungsi keluarga yakni keagamaan, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi dan kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. “Pemenuhan fungsi-fungsi ini bertujuan untuk mencapai sasaran pembangunan abad millenium (MDGs) yang ditetapkan sebagai program pembangunan oleh pemerintah,†katanya.
Di Yogyakarta, pengembangan posdaya berbasis wilayah dan berbasis masjid. Dalam pelaksanaanya, UGM menggandeng perguruan tinggi lokal sebagai mitra seperti Universitas Janabadra (UJB), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) dan UIN Sunan Kalijaga.
Khusus untuk UGM, melakukan pendampingan Posdaya di kecamatan Kokap dan Samigaluh, kabupaten Kulonprogo. Selanjutnya di kecamatan Rongkop, Girisubo, Ngawen dan Nglipar di Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan di Kota Yogyakarta, pendampingan dilakukan di kecamatan Gondomanan dan Gondokusuman.
Prof Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri, mengatakan program pembentukan posdaya awalnya dilaksanakan untuk menggalakkan kembali budaya gotong royong di kalangan masyarakat serta mendukung program percepatan pengentasan kemiskinan. “Seluruh kegiatan posdaya ini diukur dari besarnya tingkat partisipasi. Yang utama, besarnya tingkat partisipasi masyarakat miskin,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)