Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam tim “LexiPal – Kinect-based Dyslexia Therapy†berhasil meraih Gold Medal for Best Technology dalam International ICT Innovative Service Contest (InnoServe Contest) 2012 di Taipei, Taiwan. InnoServe Contest kali ini memasuki penyelenggaraan ke-17 dan menjadi ajang kompetisi aplikasi ICT (Information and Communication Technology) tahunan yang diselenggarakan di Taiwan untuk mahasiswa undergraduate maupun graduate. “Kontes ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Taiwan dengan Taiwan Academic Association dengan tujuan utama sebagai wadah bagi pelajar untuk mempresentasikan karya ICT-nya sekaligus untuk mempromosikan kolaborasi antara dunia akademik, industri, dan pemerintah,” kata Muhamad Risqi Utama Saputra, di Kampus UGM, Selasa (20/11).
Terkait prestasi yang diraih Tim LexiPal, Muhamad Risqi menjelaskan Tim LexiPal semula terdiri dari 4 anggota, yaitu Muhamad Risqi Utama Saputra (Fasttrack JTETI UGM), Vremita Desectia Amretasari (Sastra Prancis UGM), Kuntoro Adi Nugroho (Fasttrack JTETI UGM), dan Vina Sectiana Amretadewi (JTETI UGM), dengan dibimbing Dr. Ridi Ferdiana, S.T., M.T. (Dosen JTETI UGM). Tim dibentuk pada akhir tahun 2011 guna mengikuti kompetisi Software Design – Imagine Cup 2012. Namun, setelah kompetisi Imagine Cup 2012 berakhir, pengembangan lebih lanjut Tim LexiPal untuk sementara dilakukan tiga orang Risqi, Vremita, dan Vina.
Diterangkan Muhamad Risqi LexiPal merupakan aplikasi untuk menjalankan terapi Dyslexia secara efektif dan menyenangkan menggunakan perangkat Microsoft Kinect. Dyslexia sendiri merupakan salah satu kondisi ketidakmampuan belajar (learning disabilities) yang berakibat para penderita mengalami kesulitan dalam membaca.
“Dyslexia sangat sulit disembuhkan secara medis, namun efeknya bisa diminimalisir dengan melakukan terapi atau treatment. Masalahnya adalah terapi Dyslexia yang dilakukan pada prakteknya sering kali sangat monoton, hanya menggunakan kertas atau papan tulis, sehingga membuat anak-anak penyandang Dyslexia merasa bosan dengan treatment tersebut, padahal mereka harus melakukannya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun tergantung tingkat keparahanya,” terang Muh Risqi.
Kata Muh Risqi tidak jarang penyandang Dyslexia yang pada akhirnya frustasi, stress, hingga tidak mau sekolah atau bahkan bunuh diri dan melakukan tindak kriminal. Oleh karena itu, tim LexiPal menciptakan solusi terapi Dyslexia yang menyenangkan melalui gamifikasi menggunakan Microsoft Kinect, namun tetap tidak keluar dari koridor penyelenggaraan terapi Dyslexia. Salah satu contoh fiturnya adalah Spelling/Pronouncing Game, yaitu permainan yang didesain untuk meng-encourage penyandang dyslexia dalam mengucapkan suatu huruf/kata yang sulit diucapkan. “Penyandang Dyslexia akan diminta mengucapkan huruf/kata yang sesuai dan aplikasi akan menganalisisnya dengan bantuan speech recognition pada Kinect. Setiap kali penyandang Dyslexia berhasil mengucapkan huruf/kata tersebut dengan benar, seekor kera dalam aplikasi akan memanjat naik menuju buah pisang idamannya dan aplikasi akan memberikan sejumlah poin tertentu sebagai penghargaan atas keberhasilan dalam melakukan terapi tersebut,” katanya lagi.
Ditambahkan sebelum meraih medali dalam InnoServe Contest pada tanggal 9 Nopember 2012, Tim LexiPal pernah mendapat beberapa penghargaan lain sebagai juara 2 Software Design Imagine Cup Indonesia 2012 dan Juara pertama Indonesia ICT Award (INAICTA) 2012 kategori Perguruan Tinggi – Application. Pada awal Desember ini, LexiPal pun akan kembali mengikuti ajang penghargaan internasional dalam Asia Pacific ICT Alliance Awards (APICTA) 2012 di Brunei Darussalam. “Kita berharap tim LexiPal akan terus mengharumkan nama UGM dan Indonesia dan teknologi yang dihasilkan dapat diaplikasikan secara nyata di masyarakat,” tambahnya. (Humas UGM/ Agung)