YOGYAKARTA-Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dr. Aditya Tri Hernowo, Ph.D., berhasil meraih penghargaan Tsutsui-Fujino Prize 2012 di Kyoto, Jepang (17/11) lalu. Aditya memperoleh penghargaan atas karya-karya ilmiahnya di bidang neuro-oftalmologi (ilmu kedokteran sistem persarafan mata), terutama atas temuannya mengenai kerusakan otak pada glaukoma (suatu penyakit mata yang menyebabkan penurunan penglihatan secara progresif hingga menjadi buta).
Hernowo dinominasikan oleh Dr. Masaki Yoshida, M.D., seorang neuro-oftalmolog dan peneliti terkemuka di Institute Oftalmologi Perancis dan Universitas Jikei, Tokyo. Penghargaan ini diserahkan langsung dalam The 50th Annual Japan Neuro-ophthalmological Society (JANOS) Meeting general assembly oleh Prof. Akio Tabuchi, M.D. selaku ketua dari Tsutsui-Fujino Foundation, dan Prof. Masato Wakakura, M.D., selaku ketua JANOS.
Prof. Masato Wakakura pada kesempatan tersebut menyatakan bahwa di Jepang terjadi penurunan jumlah dokter spesialis mata dengan keahlian neuro-oftalmologi, hingga ahli-ahli yang tersisa kebanyakan sudah berusia lanjut dan bahkan sudah pensiun. Keadaan serupa juga terjadi di Indonesia karena ahli neuro-oftalmologi jumlahnya tinggal sedikit.
“Melihat kecenderungan negatif ini, maka JANOS merasa perlu untuk mengidentifikasi sekaligus mengembangkan calon-calon ahli neuro-oftalmologi yang ada di Asia,â€papar Masato.
Sementara itu dr. Hernowo ketika memperoleh penghargaan itu juga sempat memberikan satu presentasi ilmiah mengenai kerusakan otak pada degenerasi retina (makula) dan satu kuliah seremonial mengenai kerusakan otak pada glaukoma. Ia berharap dengan adanya penghargaan yang diperoleh serta pertemuan dengan tokoh neuro-oftalmologi dan neurosains bisa memacu kolaborasi antara Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUGM dan pusat-pusat riset mata di Jepang.
“Semoga semakin memperkuat kolaborasi FK UGM dengan pusat riset Jepang. Apalagi kita juga mengagendakan untuk bertemu tokoh ternama dunia dalam bidang regenerasi dan transplantasi kornea, Dr. Kazuo Tsubota,â€kata Aditya.
Beberapa tokoh bidang neuro-oftalmologi hadir pada kesempatan tersebut, seperti Prof. Ishikawa (pendiri Japan Neuro-ophthalmology Society), Prof. Hashimoto (peneliti spektroskopi magnetik resonansi pada neuro-oftalmologi), Prof. Shikishima dan Prof. Wakakura yang merupakan kolaborator neuro-oftalmologi dari University of California San Francisco (UCSF).
Tsutsui-Fujino Prize diberikan kepada peneliti bidang neuro-oftalmologi di Asia yang usianya masih relatif muda. Adanya penghargaan ini dilatarbelakangi oleh kecenderungan yang timbul dalam ilmu kedokteran mata saat ini, terutama bidang neuro-oftalmologi yang dianggap suatu momok dan subspesialisasi yang sulit untuk dipahami dan dipraktekkan. Hal ini antara lain disebabkan karena pasien-pasien dengan kelainan saraf mata umumnya sulit untuk didiagnosis dan sulit untuk dipulihkan (Humas UGM/Satria AN)