YOGYAKARTA – Rencana pembentukan pasar tunggal ASEAN+6 sebagai blok perdagangan terbesar di dunia dari hasil pertemuan Asean Summit di Phnom Penh, Kamboja, 18-19 November 2012 lalu menurut Rektor UGM Dr. Pratikno., M.Soc., Sc.,. perlu ditinjau ulang oleh Presiden RI. Pasalnya, pembentukan zona perdagangan Asean ditambah enam negara mitra, yakni Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan berdampak makin leluasanya arus komoditas barang dan jasa masuk ke Indonesia. “Kita akan memasuki zona berbahaya, banjirnya tenaga kerja asing,†kata Pratikno dalam pidato Wisuda program Dilpoma, Rabu (21/11).
Dari 6 negara mitra yang tergabung dalam Asean+6, India ditenggarai sangat ngotot agar Asean membuka diri tidak hanya untuk perdagangan barang namun juga perdagangan jasa. “Saya sangat mengkhawatirkan itu. Karena India sangat bersaing di jajaran global. Persaingan IT di Amerika pun sangat didorong oleh perkembangan IT yang ada di India,†imbuhnya.
Tidak hanya itu, kemampuan SDM India juga ditunjukkan beberapa fakta bahwa beberapa lembaga pendidikan di Amerika saat ini lebih banyak diisi peneliti handal dan dosen dari India.
Menurut Pratikno, pemerintah RI perlu menimbang dan mengukur kembali tentang kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam kemampuan daya saing di bidang teknis, komunikasi dan manajerial apabila arus perdagangan jasa Asean+6 disepakati.
Kendati demikian, peluang sekaligus tantangan dari makin terbukannya arus perdagangan dan jasa ini perlu ditangkap oleh tenaga kerja terampil dari Indonesia terutama para ahlimadya. Dengan makin meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan investasi Indonesia yang diikuti pesatnya pembangunan manufaktur. “Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik. Saat ini menempati posisi 15 besar di dunia. Diperkirakan akan masuk jajaran 10 besar di tahun 2030,†katanya.
Peluang ekonomi yang cukup besar ini menurut Pratikno tidak serta merta dengan mudah diraih. Banyak tantangan dihadapi oleh tenaga kerja dari Indonesia. Aset ekonomi yang besar saat ini di Indonesia justru lebih banyak didominasi oleh kekuatan dan perusahaan asing dimana kepemimpinan dan manajemen diisi oleh tenaga terampil dari luar. “Jauh sebelum Komunitas Asean 2015 dimulai. Jajaran CEO perushaan besar di Indonesia sudah dibanjiri tenaga kerja Filipina dan Thailand yang memiliki daya saing cukup kuat,†imbuhnya.
Wisuda 340 Ahli Madya
Rektor UGM Dr. Pratikno., M.Soc., Sc., mewisuda 340 ahli madya dengan lama studi rata-rata 3 tahun 3 bulan. Waktu studi tersingkat diraih Ananda Bayu Yulianto Suharno dari prodi teknik sipil yang lulus dalam waktu 2 tahun 8 bulan. Lulusan diploma termuda diraih Dodi Tri Nopra Jaya Saputra dari prodi Teknik elektro yang berhasil menjadi ahli madya pada usia 19 tahun 11 bulan 23 hari. Jumlah wisudawan Diploma yang berpredikat cumlaude sebanyak 28 orang dengan Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih Diah Fitria Widhiningsih dari prodi Bahasa Inggris yang lulus dengan IPK 3,90. (Humas UGM/Gusti Grehenson)