YOGYAKARTA – Staf ahli menteri Negara BUMN Dr. Ir. Sahala Lumban Gaol mengatakan daya saing perusahaan Indonesia berada dalam kategori menengah, sedikit dibawah Malaysia dan Singapura. Hal itu merunut dari perusahaan besar Indonesia yang masuk skala global. Dalam daftar 2000 perusahaan global yang masuk daftar Forbes Global 2000, hanya 6 BUMN dan 4 perusahaan swasta yang masuk dalam daftar tersebut. Padahal dalam daftar itu ada 18 perusahaan Malaysia, 18 perusahaan Singapura dan 17 perusahaan Thailand,
Sepuluh perusahaan nasional yang masuk daftar Forbes adalah BRI (479), Bank Mandiri (488), BCA (700), Telekom Indonesia (726), BNI (969), PGN (1351), Gudang Garam (1399), Bank Danamon (1636), Semen Gresik (1674), dan Bumi Resource (1898).
Untuk meningkatkan daya saing bangsa, kata Sahala, Indonesia membutuhkan lebih banyak perusahaan berskala global sehingga pemerintah perlu memberi perhatian kepada pengembangan Sumber Daya Manusia.
Peningkatkan daya saing 141 BUMN yang kini dibawah naungan kementerian BUMN dilakukan lewat program rightsizing BUMN. Menurutnya, program ini memungkinkan adanya diversifikasi serta sinergi antar BUMN. Sekaligus mencapai arah pengembangan BUMN, menjadi pilar ketahanan Negara, mendorong pertumbuhan dan perintisan bidang teknologi, daya saing dan kesejahteraan. “BUMN yang tidak bisa masuk dalam arah pengembangana akan dilakukan metamorphosis,†kata Sahala saat menjadi pembicara kunci dalam seminar ‘Astech Nova’ di Fakultas Teknik, Kamis (22/11).
Dia menginformasikan, program rightsizing BUMN, menargetan hingga tahun 2014 hanya akan ada 95 BUMN yang akan dikelola oleh kemnterian BUMN dari sebelumnya 141 BUMN. Fokus utama yang dilakukan adalah penguatan strategi bisnis melalui sinergi antar BUMN, penguatan SDM, dan penguatan struktur permodalan untuk meningkatkan daya saing.
Direktur Marketing PT Batan Teknologi, Ir. Agung Usadi, M.Sc., mengatakan perusahaan Batan teknologi merupakan salah satu BUMN yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan radioisotop dan radiofarmaka baik di dalam negeri, regional dan internasional. Kebutuhan radioisotop dalam negeri saat ini mencapai 70.000 Curie (Ci) per tahun. “Sementara kemampuan produksi kita saat ini hanya mampu 150 Ci per minggu,†katanya.
Keterbatasan reaktor yang menyebabkan produksi isotop belum mencapai target yang dibutuhkan. Karenanya perusahaan ini menargetkan akan menambah jumlah reaktor di tahun 2013 sehingga mampu meningkatkan produksi menjadi 300 Ci per minggu. (Humas UGM/Gusti Grehenson)