YOGYAKARTA-Saat ini ketersediaan energi primer di Indonesia semakin sulit. Sementara itu tuntutan persyaratan lingkungan yang ketat dan untuk memberikan kesempatan berinvestasi seluas-luasnya di sektor energi bagi investor, maka untuk penyediaan pasokan energi yang optimal pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) merupakan solusi yang tepat. Di sisi lain pemanfaatan iptek nuklir juga mendorong alih teknologi tinggi yang sangat bermanfaat bagi pembangunan kemampuan nasional untuk meningkatkan daya saing di tingkat internasional.
“Energi nuklir ini sangat diperlukan mengingat kebutuhan energi nasional yang terus meningkat,â€tegas Kepala Bidang Evaluasi dan Dokumentasi Badan Tenaga Nuklir Nasional, Drs. Dedy Miharja, M.Si pada diskusi publik ketahanan energi yang diadakan Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) UGM, Sabtu (24/11) di Fakultas Biologi.
Deddy menjelaskan sesuai laporan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan, pemanfaatan PLTN akan mendukung terwujudnya keamanan pasokan energi untuk pembangunan berkelanjutan ditinjau terhadap pemenuhan kriteria yang mencakup 6 aspek, yaitu lingkungan, kepentingan antar generasi, kebutuhan energi, sosial politik, geopolitik dan ekonomi.
Untuk aspek ekonomi misalnya, penggunaan energi nuklir akan menstabilkan pasokan energi listrik dengan aman, handal dan ekonomis (mampu menstabilkan harga listrik, sebab biaya bahan bakar sekitar 11% dari biaya pembangkitan dan porsi uranium sebagai bahan bakar hanya 5% sehingga TDL tidak rentan terhadap pengaruh kenaikan harga uranium).
“Pembangunan PLTN juga memberi peluang industri nasional berpartisipasi dan meningkatkan penguasaan teknologi tinggi sehingga akan menstimulir perkembangan industri nasional lebih maju,â€kata Deddy.
Dalam kesempatan itu Deddy juga menyebutkan lima besar negara pengguna PLTN, yaitu AS, Perancis, Jepang, Rusia dan Korsel. Sedangkan negara-negara yang siap dan sedang mengkonstruksi PLTN adalah China, Rusia, India, Korsel dan UEA.
Sementara itu Ir. Hendra Iswahyudi, M.Si dari Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM mengatakan dalam kerangka perubahan iklim, pemanfaatan energi bersih menjadi trend dunia dan energi baru terbarukan ini adalah energi bersih. Sayangnya, pengembangan energi baru terbarukan tersebut masih menghadapi beberapa tantangan seperti harganya yang relatif lebih tinggi sehingga tidak dapat bersaing dengan harga energi konvensional (masih disubsidi).
“Disamping itu masih kurang tersedianya insentif dan mekanisme pendanaan yang berpihak kepada energi baru terbarukan,â€ujar Hendra (Humas UGM/Satria AN)