Hingga saat ini permasalahan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) masih saja di jumpai di lapangan. Gap antara Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang upaya penyelarasan aplikasi KKNI dengan pihak industri atau user masih belum terjembatani dengan baik. Sehingga konsep dan desain yang dikembangkan Kemendikbud bersama institusi pendidikan tinggi seperi universitas, sekolah vokasi maupun politiknik masih terkesan berjalan sendiri-sendiri tanpa respon konkret dari pihak industri.
“Misalnya saja, KKNI jelas menyatakan tentang kesetaraan antara pendidikan vokasi dan akademik. Sayangnya penyerapan lulusan D4 yang merupakan S1 Terapan belum sepenuhnya disiapkan secara konker oleh industri,†ungkap Koordinator Vocational Development Center (VDC), Dr. Wikan Sakarinto, dalam jumpa pers, Senin (26/11) di Kantor Pusat UGM.
Wikan menyebutkan kondisi tersebut terjadi karena sistem kepegawaian di industri yang masih belum dapat membedakan dengan jelas antara lulusan D4 dengan S1 pada umumnya. Padahal menurut Wikan terlihat jelas perbedaan bahwa lulusan D4 menyelesaikan pendidikan dengan komponen praktek sebanyak 60 persen dan teori 40 persen. Sedangkan S1 90 persen pembelajaran didominasi teori. “Meskipun setara dalam KKNI, antara lulusan D4 dab S1 tidak didesain untuk bekerja dalam bidang dan tanggung jawab yang sama,†jelas Wikan yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Diploma Teknik Mesin SV UGM.
Persoalan lain seperti Kemenakertrans yang hingga kini masih berkutat dengan segala permaslahan TKI dan TKW. Padahal terdapat institusi pendidikan vokasi setingkat SMK, Sekolah Vokasi dan Politeknik yang seharusnya bisa dilibatkan dalam menyiapkan TKI yang berkualitas serta bermartabat.
Oleh sebab itu SV UGM, lanjut Wikan, saat ini tengah mengembangkan Sistem Informasi Ketenagakerjaan yang diharapkan mampu mendekatkan institusi pendidikan dengan pihak industri. Sistem berbasis database ini akan menghubungkan berbagai basisi data di beberapa stakeholder yakni SV UGM, Kemenakertrans, dan industri.
“Kami tengah menyusun sistem informasi profil tenaga kerja Sekolah Vokasi yang memetakan komponen dan sebaran yang mencakup seluruh wilayah Indonesia,†ujarnya.
Pengelolaan integrasi data SDM dengan multi stakeholder dilakukan langsung oleh VDC UGM. Dengan sistem informasi ketenagakerjaan yang ada industri dapat memilih tenaga kerja sesuai kompetensi yang dibutuhkan melalui peta SDM di dalamnya. Dalam sistem ini tergabung setidaknya 40 institusi pendidikan tinggi . “ Akan disiapkan pula sistem sertifikasi kompetensi,†imbuh Ketua Program Diploma Teknik Elektro SV UGM, Ma’un Budiyanto, S.T., M.T.
Ma’un mengatakan melalui sertifikasi industri bisa dengan tepat menyasar segmen SDM yang diinginkan .Selain itu dengan adanya sertifikasi, lulusan sekolah vokasi bisa diakui kompetensinya oleh pihak industri.
Guna meningkatkan kompetensi lulusan, rencananya VDC UGM akan melaunching Vocational Training Center Selasa (27/11) di Grha Sabha Pramana UGM bersamaan dengan penyelenggaran Job Fair Vokasi yang akan berlangsung mulai 27-29 November 2012. Selain itu, juga akan digelar seminar nasional yang akan membahas tentang pendidikan vokasi dengan tema “Sinergitas Pendidikan Vokasi dan Industri†(29/11) di Hotel Aston Yogyakarta. Menghadirkan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi, Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si., sebagai pembicara utama dan sejumlah narasumber lain seperti Direktur Bina Pemagangan Kemenakertans, Drs. Bagus Marjianto, M.A., Direktur Pembina SMK, Ir. Anang Tjahjono, M.T., dan Ketua Tim Penyiapan KKNI DitBelMawa Kemendikbud, Megawati Santoso, Ph.D. (Humas UGM/Ika)