Semakin terbatasnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan menghambat upaya pengembangan usaha tani padi dewasa ini. Ditambah lagi dengan ketersediaan air yang juga semakin terbatas yang turut menjadi ancaman terjadinya krisis pangan di masa datang. Padahal efisiensi pendayagunaan sumber daya air irigasi menjadi kunci perluasan panen untuk keberhasilan swasembada beras.
Ir. Syamsuddin, M.Sc., peneliti pada Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sulawesi Barat mengatakan pengairan sistem genangan dalam parit (SGDP) merupakan salah satu teknologi pengairan alternatif yang mampu meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya air. Teknologi ini sangat berpotensi dikembangkan pada lahan-lahan irigasi.
Kendati begitu, disebutkan Syamsuddin produktivitas padi dengan pengairan SGDP masih rendah dibandingkan dengan cara pengairan padi di sawah karena berkurangnya populasi tanaman dalam satuan luas lahan, masih tingginya gabah hampa, rendahnya jumlah biji pada malai, dan ringannya bobot biji. “Persoalan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan kultivar yang tanggap positif dengan kondisi lengas tanah yang optimal pada setiap fase pertumbuhan,†jelasnya dalam ujian terbuka Program Doktor, Selasa (27/11) di Auditorium Fakultas Pertanian UGM.
Menurutnya, pasokan lengas tanah yang optimal saat memasuki fase reproduktif dapat meningkatkan pembentukan malai, jumlah biji per malai, serta ukuran biji. Menyitir penuturan Yoshida (1981) tanaman padi sangat peka terhadap kekurangan air di tahap pembelahan reduksi atau inisiasi malai sampai berbunga dan mengurangi hasil sangat nyata.
Hasil penelitian Syamsuddin menunjukkan Cimelati dan Sarinah merupakan kultivar yang tanggap dalam pengairan SGDP dan menghasilkan produksi gabah yang tinggi. Potensi hasil gabah Cimelati mencapai 2,02 gram per rumpun, sedangkan Sarinah sebesar 21,46 gram per rumpun. Hasul tersebut didapat dengan bedengan pengairan SGDP 4 meter dengan parit pada kedua sisi bedengan.
Syamsuddin menuturkan secara fisiologis dan agronomis kedua jenis padi tersebut mengalami peningkatan nilai dalam indeks daun, kadar klorofil, kadar air nisbih, kadar prolin, dan laju pertumbuhan tanaman. Bahkan berat kering tajuk, jumlah anakan, dan anakan produktif. (Humas UGM/Ika)