YOGYAKARTA – Periode seratus tahun mendatang diperkirakan suhu bumi akan meningkat satu derajat celcius. Bahkan peningkatan suhu tersebut diperkirakan lebih cepat dari waktu yang diperkirakan karena laju percepatan kerusakan hutan, penggunaan moda transportasi dan pertambahan jumlah penduduk. Kendati manusia bisa mentoleransi kenaikan suhu hingga 2-3 derajat celcius. “Saat ini saja sudah ada perubahan 0,65 derajat celcius selama kurun waktu seratus tahun,†pakar mitigasi bencana dan perubahan iklim Prof. Dr. Sudibyakto kepada wartawan, selasa (27/11) dalam siaran pers pelaksanaan seminar Manajemen Risiko Bencana.
Dia menambahkan, wilayah Indonesia memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi terhadap perubahan iklim akibat dipicu kerusakan sumber daya alam dan lingkungan yang semakin meningkat. Bahkan dampak kondisi perubahan perubahan iklim tersebut dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sehingga strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sangat diperlukan di tingkat nasional. “Salah satunya membangun desa pesisir tangguh dan pulau-pulau kecil tangguh bencana,†katanya.
Menurutnya, isu internasional tentang perubahan iklim hingga saat ini masih relevan dan bahkan Indonesia sebagai Negara kepulauan yang telah merasakan dampaknya terhadap bencana berupa perubahan frekuensi dan intensitas hujan, perubahan musim, terganggunya pola tanam, perubahan pola penyakit, peningkatan muka air laut yang menyebabkan bajir rob. “Meningkatnya hujan disertai angin kencang memicu tanah longsor dan penurunan tanah,†tambahnya.
Terganggunya siklus hidrologi akibat perubahan iklim tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan diberabgai negara. Di kawasan Asia, kata Sudibyakto, hampir 80 persen bencana alamn disebabkan faktor hidrometeorologi.
Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM, Prof. Ir. Suryo Purwono, Ph.D., mengatakan seminar manajemen risiko bencana akibat perubahan iklim akan berlangsung 29 November di Balai Senat UGM. Menghadirkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dr. Syamsul Maarif, M.Si., Dewan Perubahan Iklim, Prof. dr. Rachmat Witoelar dan Pengelola Magister Manajemen Bencana SPs UGM, Prof. Dr. Sudibyakto. (Humas UGM/Gusti Grehenson)