YOGYAKARTA – Pemerintah Norwegia menggandeng Universitas Gadjah Mada untuk melakukan penelitian terkait kekuasaan, kesejahteraan dan Demokrasi. Kerjasama kedua pihak dilakukan di ruang Balai Senat, Rabu (28/11). Kerjasama tersebut dilakukan antara UGM dengan Agder University dan Oslo University Norwegia. UGM diwakili Rektor Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., M.Sc., sedangkan Agder University diwakili Rektornya Torunn Lauvdal dan Oslo University diwakili Dekan Psikologi Fanny Duckert. Penandatanganan kerjasama ini disaksikan langsung oleh Putera Mahkota Norwegia, Pangeran Hakoon Magnus, dan Wakil Menteri Luar Negeri Norwegia Gry Larsen.
Pangeran Hakoon Magnus, Putera Mahkota Norwegia, mengatakan kunjungannya ke Yogyakarta kali ini merupakan kunjungan pertamanya. Kendati kerjasama antara Indonesia dengan Norwegia sudah dilakukan sejak 1992 lalu. UGM sendiri menurutnya, merupakan perguruan tinggi ternama dan dikenal luas akan pendidikan dan Pusat studi lintas budaya dan agama. “Kita membawa beberapa misi dalam kunjungan ke Indonesia. Adapun kerjasama dengan UGM khusus di bidang pendidikan,†katanya
Dalam kunjungan pertamanya ke Indonesia selain bertemu dengan Presiden, rombongan dari kerajaan Norwegia membawa beberapa puluhan pengusaha untuk menjalin kerjasama dagang dan menanamkan investasinya di Indosesia. Kerjasama dagang tersebut meliputi bidang telekomunikasi, infrastruktur, transportasi, migas, pertanian dan peternakan. “Kita juga menjalin hubungan kerjasama bidang energi terbarukan,†katanya.
Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., M.Sc., mengatakan, selain riset tentang hal tersebut, kerjasama ini juga meliputi pertukaran mahasiswa, dosen dan kerjasama akademis lainnya. â€UGM ikut berkontribusi terhadap hubungan antara Indonesia dengan Norwegia,†terangnya.
Menurutnya, minat mahasiswa Indonesia kuliah di Norwegia dan sebaliknya meningkat sihnifikan. Bahkan di UGM kata dia, ada komunitas yang mempelajari budaya dan bahasa Norwegia. “Ada kelompok studi mahasiswa yang mempelajari skandinavia. Mereka belajar tentangg budaya, politik dan bahasa,†katanya.
Kerjasama akademik antara UGM dengan perguruan tinggi di Norwegia tersebut akan berjalan dalam lima tahun ke depan, dari 2012 hingga 2017 mendatang. Diharapkan, kerjasama ini akan memberikan dampak signifikan bagi pengembangan iklim akademis kedua pihak.
Wakil Menteri Luar Negeri Norwegia, Gry Larsen dalam pidatonya mengatakan pentingnya mengedepankan dialog dalam penanganan konflik. Menurutnya, dialog bukan berarti menerima pendapat pihak lain namun mencari kesepakatan antar pihak yang berkonflik. Demokrasi, toleransi dan dialog merupakan tiga hal penting bagi penyelesaian konflik di seluruh Negara di dunia. “Meski Dialog sulit untuk dilaksanakan tapi penyelesaian yang lebih baik ketimbang pendekatan militer. Dialog dan toleransi bisa menjadi solusi bagi persoalan kebuntuan politik,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)