JAKARTA – Universitas Gadjah Mada memiliki ribuan peneliti yang berhasil menemukan berbagai macam temuan dan inovasi riset. Jenis riset yang dihasilkan pun beragam, mulai dari bidang kesehatan dan obat, teknologi pertahanan dan keamanan, ketahanan pangan, sumber energi terbarukan, teknologi informasi dan teknologi manajemen transportasi. Salah satu temuan bidang kesehatan adalah pemanfaatan tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) untuk obar herbal mengobati penyakit diabetes melitus.
Menurut salah satu anggota tim peneliti, Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, M.Si., Apt., mengatakan dari hasil percobaanya yang dilakukan pada mencit diketahui Daun sambiloto mengandung andrografolid, deoksiandrografolid, neoandrografolid, 14-deoksi-didehidroandrografolid dan homoandro-grafolid. “Andrografolid dengan komponen fitokimia utama mampu menurunkan kadar glukosa darah dan ekspresi GLUT-4 pada tikus DM tipe 1,†kata dosen fakultas Farmasi UGM ini dalam sesi pararel Forum Riset Industri Indonesia ke-4 yang berlangsung di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (6/12).
Meski penelitian ini baru dilakukan pada tikus, namun sudah diketahui pemberian isolat Andrografolid atau ekstrak herba Sambiloto terpurifikasi selama 5 hari menunjukkan aktivitas hipoglikemik yang poten pada tikus Diabetes Mellitus dengan Resistensi Insulin. “Keduanya juga poten menurunkan kadar LDL dan trigliserida, namun tidak berefek terhadap kadar kolesterol dan berat badan tikus,†ungkapnya.
Kombinasi antara ekstrak terpurifikasi dengan metformin menunjukkan aktivitas anti DM lebih rendah dibandingan penggunaan tunggalnya. Yang menarik, dari temuan ini Andrografolid dan ekstrak sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada tikus DM tipe 2 resistensi insulin melalui peningkatan ekspresi protein GLUT4 pada jaringan otot.
Dalam kesempatan tersebut Agung juga menyampaikan temuan obat baru dari kekayaan biodiversitas yang dimiliki Indonesia potensinya cukup besar. Pasalnya Biodiversitas Indonesia masuk urutan nomor dua di Dunia setelah Brazil. Namun demikian, sebagian besar obat dan material bahan baku masih import lebih dari 90%. “Hanya 300-an spesies yang dimanfaatkan sebagai bagian dari obat,†katanya.
Kendati, penelitian tentang bahan alam sudah banyak tetapi penelitian tersebut belum komprehensif dan belum tersistematik yang berorientasi ke produk inkubasi atau siap pakai.
Wakil Rekor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, M.Sc., mengatakan kegiatan riset industri UGM merupakan implementasi konsep pentahelix yang merupakan pengembangan dari konsep triple-helix berupa academic, business-government yang ditambahkan dua elemen lainnya yakni lembaga pembiayaan dan lembaga pembangunan atau masyarakat profesional. “Tanpa dukungan dari pembiayaan yang berkesinambungan serta keahlian yang sesuai maka hasil penelitian tidak akan sampai kepada penggunanya secara tepat dan menyeluruh,†ungkapnya.
Suratman menambahkan, para peneliti di lingkungan UGM diarahkan mampu memberi nilai tambah positif terhadap peran kelembagaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan pusat inovasi. Termasuk hasil riset industri untuk dapat dimanfaatkan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat secara luas melalui aplikasi riset dunia industri. (Humas UGM/Gusti Grehenson)