Kami Melihat sekilas, orang mungkin tidak akan menyangka ia seorang Guru Besar. Tapi jika membaca biografinya, barulah orang akan percaya ia seorang Guru Besar Fakultas Farmasi UGM. Masih muda, santun dan energik, dialah Prof. Agung Endro Nugroho, M.Si., Ph.D., Apt. Turunnya Surat Keputusan Pengangkatan Guru Besar pada tanggal 1 Oktober 2012 lalu, menjadikannya meraih jabatan Guru Besar termuda di Universitas Gadjah Mada. Dengan segudang prestasi yang dimiliki, pria kelahiran Surakarta, 15 Januari 1976, ini cepat meraih jabatan akademik tertinggi.
Meski menjadi Guru Besar termuda, Agung Endro merasa biasa-biasa saja. Ia meyakini bila setiap dosen memiliki obsesi sama untuk jabatan akademik tertinggi. Jika Tridarma Perguruan Tinggi dijalankan secara on the track, seorang dosen besar harapan mampu meraih jabatan Guru Besar.
“Cuma masalahnya bisa cepat atau lambat. Untungnya saya concern di tiga bidang dan saya kerjakan dengan ekstra, terutama untuk penelitian yang saya perbanyak, demikian juga publikasi dan seminar-seminar internasional. Semakin banyak capaian yang kita dapatkan, waktu pencapaian jabatan Guru Besar tentu semakin cepat,†ujarnya di Fakultas Farmasi UGM, Kamis (20/12).
Sebagai guru besar dengan kepakaran di bidang farmakologi molekuler, Agung Endro mengungkapkan perkembangan terkini ilmu farmakologi telah mencapai level molekuler. Bahwa kajian tentang nasib dan aksi obat di dalam tubuh bukan suatu nasib dan sifat yang sederhana, melainkan nasib dan aksi obat yang sudah masuk ke dalam level seluler maupun molekuler.
“Inilah yang menjadi kajian saya, disiplin ilmu yang saya tekuni ketika bekerja di Fakultas Farmasi UGM,â€ungkapnya.
Sehingga tidak mengherankan bila penelitian-penelitian yang ia lakukan senantiasa mengacu ke aspek-aspek tersebut. Misalnya untuk obat diabetes mellitus maka tidak sebatas sebagai efek hipoglikemik atau menurunkan kadar glukosa darah, namun dari penelitiannya sudah mampu menerangkan bagaimana mekanisme aksinya dan target aksi molekul obat tersebut di dalam tubuh.
Agung Endro mengaku beberapa temuan penelitian memicu percepatan raihan jabatan guru besar, diantaranya isolat dari beberapa tanaman untuk menghambat pelepasan histamin dari sel mast. Dari tanaman sambiloto, diisolasi senyawa aktif yang dinamakan andrografolid, untuk dipelajari efek dan mekanisme aksinya pada hewan percobaan diabetes mellitus. Selain itu penelitian untuk tanaman Awar-Awar (Ficus Septica) dilakukan fraksinasi dikembangkan sebagai agen anti kanker dan dipelajari mekanisme molekulernya. “Dari penelitian itu kami melakukan penelusuran mekanisme molekuler fraksi aktif tersebut sebagai agen antikanker, kemudian saya uji ternyata memiliki potensi efek anti kanker yang besar. Tentu saja pekerjaan tersebut saya bekerjasama dengan para senior di fakultas,†jelasnya.
Berbagai penelitian tersebut telah mendatangkan gran dan publikasi internasional. publikasi jurnal internasional sebanyak hampir 30 kali, dan di tahun 2013 diharapkan mengerjakan hibah kompetensi dari Dikti.
Hingga kini, Agung Endro telah menulis tiga buku cukup laris. Ketiga buku tersebut adalah Nasib Obat dan Aksi Obat di Dalam Tubuh, Pustaka Pelajar, tahun 2011, Buku Farmakologi Obat, Pustaka Pelajar, 2012 dan Buku Penanganan Hewan Percobaan, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM. “Alhamdullilah buku pertama dan kedua menjadi best seller dikalangan mahasiswa dan khalayak umum,â€katanya.
Kini, Agung Endro tengah menyusun pidato untuk pengukuhan guru besar di akhir bulan Maret 2013 nanti. Suami Dr. Puji Astuti, MSc, Apt dosen Fakultas Farmasi UGM, ayah dua anak, ini akan mengangkat tema pidato yang tidak jauh dari bidang ilmu yang ia tekuni selam ini. “Tentu sesuatu yang sudah saya lakukan tentang peran farmakologi molekuler di dunia farmasi yang terkait dengan isu-isu terbaru dan tantangan-tantangan ke depan,â€pungkas Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Pada Masyarakat dan Kerjasama Fakultas Farmasi UGM. (Humas UGM/ Agung)