BANTUL – Ada pemandangan lain di pantai baru Pandansimo Bantul. Di sepanjang garis bibir pantai, berderet tiang kincir angin yang berjumlah kurang lebih 27 buah. Kincir ini hasil karya desain mahasiswa yang diikutsertakan dalam lomba desain kincir tingkat nasional yang berlansung selama 5 hari, 27-31 Desember 2012. Karena yang dinilai kemampuan kincir dalam menghasilkan listrik maka tidak heran panitia mendirikan tenda disetiap kincir yang dimanfaatkan peserta memantau baling-baling kincir berputar selama 2×24 jam.
Achmad khoirul, anggota Tim Andromeda dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), bersama dengan dua rekannya di tengah hari yang panas di pinggir pantai harus membetulkan posisi baling kincir mereka yang tidak bisa berputar. Tiang penyangga kincir terpaksa dirobohkan untuk bisa meperbaiki baling-baling kembali. “Kita mau mengatur sudutnya, baling-baling tidak berputar, ada kesalahan desain,†kata Khoirul ditemui di sela-sela perlombaan, Jumat (28/12).
Lainnya halnya dengan tim dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, mereka Nampak sumringah karena baling-baling mereka terus berputar. Tampilan kincir mereka unik. Jika yang lain berwarna putih dan berputar mengikuti arah angin berhembus, baling-baling mereka yang berwarna merah justru membelakangi arah angin. “Desain baling-baling bisa beputar jika ada angin dari belakang (kincir),†kata Ramadhan Wahid.
Meski baru pertamakali membuat kincir, Wahid mengaku tetap percaya diri mengikuti perlombaan. Dia bersama rekannya menghabiskan dana Rp 900 ribu untuk membuat kincir. Sepadan dengan ongkos yang dikeluarkan, desain kincir mereka hanya berdiamter 120 cm, dengan panjang baling-baling 46 centimeter.
Perlombaan yang baru pertama kalinya di gelar UGM, Ristek dan Pemkab Bantul ini, tidak hanya aspek desain kincir saja yang dinilai namun juga kemampuan kincir dalam menyesuaikan kecepatan angin dalam menghasilkan energi listrik. “Prinsipnya, akumulasi jumlah energi yang diperoleh selama dua hari perlombaan,†kata salah satu dewan juri, Eka Firmansyah, S.T., M.Eng., PhD.
Masing-masing tim disediakan generator dengan daya 400 watt untuk mengkonversi energi angin menjadi energi listrik. Ssetiap tim tidak diberikan batasan dalam menggunakan jumlah baling-baling, asal listrik yang dihasilkan jauh lebih besar meski hanya mengandalkan kecepatan angin rata-rata dibawah 10 meter per detik.
Kepala Bidang Transfer Iptek, Kemenristek, Ari Hendrarto Saleh, mengatakan kegiatan perlombaan kincir angin tingkat mahasiswa ini dimaksudkan untuk mendorong generasi muda menguasai iptek bidang energi baru dan terbarukan. “Mereka harus menguasai tekologi baru dan tebarukan. Harapannya bisa menemukan cara lain supaya ketahanan energi kita tetap terjaga,†katanya.
Dia menambahkan kegiatan semacama ini nantinya rutin digelar tiap tahun. Ke depan, tidak hanya mahasiswa yang dilibatkan namun juga dari kalangan pelajar agar teknologi kincir angin diketahui dan dikuasai lebih luas.
Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Dr. Ir. Panut Mulyono, mengatakan pantai selatan jawa memiliki potensi energi yang belum dimanfaatkan secara optimal seperti energi matahari, angin dan gelombang laut. “Kita harus mampu memanfaatkan sumber energi tersebut, untuk itu penguasaan tekologinya harus bisa dikuasai,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)