BANTUL – Kementerian Riset Dan Teknologi (Kemenristek) mendorong munculnya peneliti-peneliti muda berbakat dalam bidang teknologi roket dan kincir angin dengan menarik minat mereka mengikuti perlombaan secara nasional yang digelar tiap tahun. Dengan harapan, 5-10 tahun mendatang Indonesia memiliki banyak peneliti handal. Hal itu disampaikan Asisten Deputi Iptek Masyarakat, kemenristek, Drs. Momon Sadiyatmo, M.Si dalam penutupan lomba desain kincir angin yang berlangsung di pendopo parasamya Pemkab Bantul, Senin malam (31/12).
Momon mengatakan kemajuan penguasaan teknologi tidak bisa dilakukan secara instan. Ia mencontohkan, revolusi industri yang berlangsung di Eropa dan Amerika membutuhkan waktu kurang lebih seratus tahun. “Indonesia saja baru merdeka belum satu abad,†tandasnya.
Namun demikian, tambah Momon, dibutuhkan intervensi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk mendorong anak muda berbakat untuk meningkatkan rasa keingintahuan mereka dalam penguasaan teknologi yang diminati. Karenanya Kemenristek akan mendukung kegiatan perlombaan yang mampu meningkatkan kreativitas mahasiswa. “Kita sudah lima tahun melaksanakan lomba uji muatan roket nasional. Dan untuk lomba kincir baru pertama kali,†katanya
Kegiatan lomba roket dan kincir angin akan rutin digelar setiap tahun dengan pemilihan tempat dilakukan di daerah pantai pandansimo Bantul. Pemilihan tempat ini berdasarkan aspek kesejarahan bahwa pantai sanden (sekarang pandansimo) merupakan lokasi uji roket pertama yang dilakukan persatuan roket mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Tim Sapuangin dan Nagaphasa Juara
Tim Mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mendominasi perolehan juara dalam lomba desain kincir angin tingkat nasional,27-31 Desember 2012. Tim sapu angin dan nagaphasa, masing-masing berhasil meraih juara I dan juara II. Dengan demikian tim dari UNY berhasil menyisihkan 27 tim yang berasal dari 13 perguruan tinggi seperti UGM, ITB dan ITS. Sedangkan juara III diraih tim Garda Tamansiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta. Selanjutnya Juara Harapan I dan II diraih tim Zefiros dari Universitas Muhamadiyah Surakarta dan tim Larins ITS Surabaya.
Ketua dewan juri, Ir. Heru Santoso, M.Eng., Ph.D., mengatakan penentuan juara ditentukan dari hasil akumulasi energi listrik yang dihasilkan kincir angin selama 2×24 jam. Dari 27 peserta, hanya empat tim yang berhasil menghasilkan energy listrik diatas 100 watt jam. “Hasil energi listrik tertinggi diatas 200 watt jam dan 191 watt jam,†katanya.
Dia mengapresiasi berbagai hasil kreasi mahasiswa dalam membuat desain kincir angin. Dalam perlombaan ini muncul bermacam bentuk inovasi kincir yang menggunakan bahan yang berbeda. “Rata-rata peserta menggunakan 2-6 blade untuk kincir,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)