Pasar modal mengalami perkembangan sangat pesat dan laporan keuangan menjadi salah satu bagian penting dalam dinamika perkembangannya. Informasi dalam laporan keuangan memiliki nilai yang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan.
Salah informasi yang dapat diungkapkan dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai risiko. Kewajiban penyusunan laporan risiko ini merupakan bagian dari kewajiban Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 60 tahun 2010.
Dengan begitu, PSAK mewajibkan perusahaan perbankan di Indonesia untuk menyusun laporan laporan resiko secara kualitatif dan kuantitatif. Karena itu diperlukan penelitian untuk menguji Teori Probalistic Mental Model (PMM) guna menjelaskan framing effect pada konteks penyampaian informasi dan laporan risiko dalam format yang berbeda.
Demikian dikatakan Negina Kencono Putri, S.E., M.Si., Ak, dosen Universitas Jenderal Soedirman saat melangsungkan ujian terbuka Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Didampingi tim promotor Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc., Dr. Supriyadi, M.Sc dan Dr. Ertambang Nahartyo, M.Sc, promovenda mempertahankan desertasi “Pengujian Eksperimental atas Pengaruh Format Laporan Risiko dalam Kerangka Teori Probalistic Mental Model terhadap Keputusan Analis Investasiâ€.
Dalam penelitiannya, Negina melibatkan 54 orang analis investasi sebagai partisipan dengan menggunakan metoda field experiment secara on-line. Eksperimen dilakukan untuk menguji apakah format informasi yang berbeda (sensitivity analysis, value at risk, dan tabular format) yang diberikan dalam waktu yang berurutan berkaitan dengan adanya framing effect yang dijelaskan melalui kerangka PMM dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan investasi.
“Hasil penelitian memperlihatkan partisipan dalam penelitian memilih untuk melakukan tindakan yang tidak berisiko saat informasi disajikan dalam frame postif, dan keputusan yang kurang beresiko saat informasi disajikan dalam frame negatif,†katanya di Auditorium BRI, FEB UGM, Jum’at (11/1).
Informasi gains atau losses yang menyertai informasi risiko dalam instrumen eksperimen, kata Negina, tidak mempengaruhi keputusan investasi yang mereka lakukan. Selain itu, partisipan dalam penelitian ini memberikan apresiasi yang lebih baik pada perusahaan yang melaporkan laporan resiko secara lengkap (kualitatif dan kuantitatif) dibandingkan dengan perusahaan yang hanya melaporkan risiko kualitatif saja.
Negina menyatakan adanya tambahan informasi kuantitatif meningkatkan keyakinan partisipan dalam menyusun keputusan investasi. “Temuan lain memperlihatkan bila sebagian besar partisipan memilih tabular format sebagai format informasi risiko paling informatif dan meningkatkan kemampuan dalam melakukan analisis invetestasi,â€imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)