Usahatani kakao, rumput laut, kelapa dan jambu mete, berdasarkan kondisi agroekologi cocok dikembangkan di Buton Utara. Sementara itu berdasarkan kondisi tataniaga produksi maka aplikasi pemasaran produksi Komoditi Pertanian Unggulan (KPU) di Buton Utara tergolong tidak optimal dan memerlukan intervensi pemerintah. Hal tersebut ditegaskan oleh Ir. Mukhtar, M.S dalam ujian terbuka program doktor Fakultas Geografi UGM, Sabtu (12/1).
Pada ujian tersebut Mukhtar mempertahankan disertasinya yang berjudul Perspektif Spasio Temporal Usaha Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Hadir sebagai penguji Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc, Prof. Dr. Suratman, M.Sc (promotor), Prof. Dr. Hadi Sabari Yunus, M.A, Dr. Ir. Iwan Yusuf Bambang L, M.Sc., Dr. M. Baiquni, M.A., Prof. Dr. Ir. Sri Widodo, M.Sc, Dr. Sutaryono dan Dr. Ir. Weka Widayati, M.S.
Muktar menambahkan jika melihat kecenderungan kinerja semua jenis KPU maka usahatani kakao dan rumput laut di Buton Utara memiliki kinerja yang prospektif; optimalisasi kinerja usahatani kelapa dan jambu mete dapat ditingkatkan melalui intensifikasi budidaya dan diversifikasi produk yang dihasilkan.
“Pengembangan usaha KPU di Buton Utara berbasis kesesuaian lahan dan tataniaga produksi dan harus ditunjang oleh peran pemerintah secara optimal,â€kata Mukhtar.
Luas lahan usaha KPU di Buton Utara menurut Mukhtar dari waktu ke waktu cenderung meningkat. Total produksi KPU sejak tahun 1998 sampai 2007 juga cenderung meningkat. Sayangnya, peningkatan luas lahan dan produksi komoditi ini belum dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di Buton Utara yang sebagian besar (sekitar 90%) adalah petani.
“Fluktuasi produksi komoditi pertanian dan masih rendahnya pendapatan petani di daerah-daerah terpencil lebih terkait dengan kondisi agroekologi lahan dan tataniaga yang menentukan kinerja setiap jenis komoditi pertanian yang diusahakan,â€tegas dosen di Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo.
Penelitian yang dilakukan Mukhtar ini merupakan penelitian survey dengan populasi/sampel petani yang mengusahakan komoditi kelapa, jambu mete, kakao dan rumput laut. Wahana penelitian mencakup 6 desa (Konde, Kotawo, Laeya, Lelamo, Langere dan Linsowu) yang mencerminkan 6 variasi keruangan (zona agroekologi perbukitan, peneplain, teras marin, dataran pantai, perairan hulu teluk dan perairan hilir teluk) dan merupakan sentra-sentra produksi KPU di Buton Utara.
Sementara itu dari hasil penelitiannya itu Mukhtar menilai bahwa keberhasilan dan kemanfaatan usaha KPU yang optimal dapat dicapai melalui perbaikan kondisi agroekologi dan tataniaga produksi. Ia juga mengusulkan model usaha KPU produktif yang menekankan pada kesesuaian lahan potensial dan aplikasi pemasaran produksi yang menguntungkan agar mencapai tingkat keberhasilan dan kemanfaatan yang lebih tinggi, baik secara teknis budidaya maupun secara ekonomi.
“Model tersebut harus didukung oleh kebijakan pemerintah dalam hal peningkatan kualitas lahan dan ketersediaan prasarana/sarana pendukung tataniaga produksi yang memadai,â€urai Mukhtar yang lulus doktor dengan predikat sangat memuaskan itu (Humas UGM/Satria AN)