Penyusunan laporan laba komperehensif saat ini banyak diterapkan oleh berbagai negara. Trend ini muncul untuk meningkatkan kembali relevansi nilai informasi akuntansi yang sempat mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hasilnya, laporan laba komperehensif diapresiasi oleh pelaku pasar. Demikian simpulan disertasi Drs. Darsono, MBA, CPA., Akt., yang disampaikan dalam ujian terbuka program doktor, Senin (14/1) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Menurut staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenogoro ini apresiasi pelaku pasar terhadap penyajian laporan laba komperehensif menunjukkan adanya bukti bahwa awal dukungan bagi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berbasis International Financial Reporting Standars (IFRS). Laba komperehensif menunjukkan kemanfaatan bagi pengambilan keputusan khusunya dalam menentukan harga saham.
Hasil penelitian lain yang tertuang dalam disertasi berjudul “Dampak Konservatisma Terhadap Relevansi Nilai Informasi Akuntansi di Indonesia†memperlihatkan bahwa informasi akuntansi dinamis yang berupa penambahan aset tetap dan aset tak berwujud memiliki relevansi nilai informasi akuntansi dan menunjukkan hubungan positif. “Hal ini menunjukkan perusahaan yang menambah investasi pada aset tetap dan memiliki aset tak berwujud dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan,†kata pria kelahiran Cirebon, 13 Agustus 1962 ini.
Darsono mengatakan hal berbeda terjadi pada informasi akuntansi dinamis berupa aset lancer operasi. Pada bagian tersebut direspon negative oleh investor. Pertumbuhan aset lancer operasi dipersepsi sebagai ketidakseimbangan antara kinerja perusahaan dengan aliran kas masuk atau pemanfaatan sumber daya perusahaan. “ Sedangkan konservatisme sebagai pemoderasi memperlemah relevansi nilai kinerja perusahaan, pertubuhan aset lancer operasi, investasi aset tetap, dan aset tak berwujud, tetapi memperkuat relevansi nilai ekuitas dan pos surplus kotor,†jelasnya.(Humas UGM/Ika)