Aryati Larasati, mahasiswi Fakultas Kehutanan UGM berhasil menyabet juara III dalam kompetisi Kayak Tingkat Asia. Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh International Canoeing Federation (ICF) di Thailand pada bulan Desember 2012 lalu, anggota unit kegiatan mahasiswa pecinta alam Gadjah Mada (MAPAGAMA) ini menang dalam kategori kayak puteri cabang arus deras.
Kompetisi diikuti sekitar 40 peserta dari berbagai kalangan baik mahasiswa maupun olahragawan dari sejumlah negara di Asia. Beberapa diantaranya seperti Indonesia, Kamboja, Korea, Malaysia, Myanmar, Singapura, Taiwan, dan Thailand.
Laras mengatakan kompetisi yang diikutinya merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan training camp yang digelar International Canoeing Federation. Selama 17 hari, 2-18 Desember seluruh peserta diberikan pelatihan seputar dayungan dan manuver. Pelatih didatangkan dari Jepang, Jerman, dan Perancis. “Pelatihan dibagi dalam dua kelas yaitu kelas kano dan kelas kayak. Masing-masing kelas dibagi lagi untuk putera dan puteri,†jelasnya Kamis (17/1) di Kampus UGM.
Kesuksesan gadis kelahiran Yogyakarta, 23 November 1989 ini tidaklah diraih dengan mudah. Sebelumnya ia harus menjalani seleksi di tingkan nasional terlebih dahulu. Dalam seleksi yang dilaksanakan di Jatiluhur ia harus bersaing dengan 30 peserta lainnya dari seluruh wilayah Indonesia. Alhasil, dengan usaha dan kerja kerasnya Laras berhasil meraih juara pertama kategori kayak puteri arus deras dan berhak mewakili Indonesia dalam kompetisi di tingkat Asia bersama tiga orang pemenang kategori lainnya.
Laras tidak pernah menduga bisa memenangkan kompetisi tersebut danmen jadi wakil Indonesia. Pasalnya, kebanyakan peserta merupakan jebolan Pelatnas dan atlit Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI). “Mungkin mereka kalah karena kebiasa di flat water saja sehingga kekuatannya kurang terlatih saat harus berada di arus deras. Kalau saya sudah terbiasa latihan di arus deras, mungkin faktor itu yang menjadikan saya juara ,†ungkapnya.
Selanjutnya pada kompetisi di Thailand, ia harus berhadapan dengan 8 peserta lainnya pada cabang kayak puteri arus deras. Dalam perlombaan tersebut ia harus melalui rintangan sebanyak 22 gate yang terbentang di sepanjang sungai Maetang. Berpacu mencapai finish dalam waktu sesingkat mungkin dengan sejumlah tantangan yang ada. “ Saat itu harus bisa melewati 22 gate, cukup menantang karena ada yang harus mendayung berlawanan dengan arus dengan medan yang sulit. Ditambah lagi lawan-lawannya cukup tangguh,†ujar alumnus SMA N 2 Solo ini.
Menurutnya konsentrasi dan ketahanan sangat dibutuhkan saat menjalani perlombaan. Tidak kalah penting juga menjaga keseimbangan saat berada di atas kayak melalui arus yang cukup deras dan medan yang menantang. “Saat perebutan juara tiga saya lawan peserta dari Malaysia. Nah, yang dari Malaysia itu kurang bisa menjaga keseimbangan sehingga kayaknya terbalik sehingga menghambat mencapai finish dengan cepat,†katanya sembari menambahkan posisi pertama dan kedua secara berurut diraih oleh peserta asal Taiwan dan Thailand.
Sama halnya saat dinyatakan menang di Indoensia, Laras mengaku kaget bisa menyabet juara III. Begitu pula dengan teman-temannya di UKM Mapagama yang tidak pernah menyangka Laras bisa meraih prestasi tersebut. “Baru ikut kompetisi pertama kalinya langsung bisa meraih prestasi, yang pasti sangat senang. Harapan nantinya mampu menyumbangkan prestasi lebih banyak lagi dan lebih bagus tentunya,†harap gadis berjilbab ini.
Tak Kapok Berkali-kali Hanyut
Kecintaan Laras menekuni olahraga dayung khsusunya kayak arus deras baru tumbuh tiga tahun terakhir ketika ia bergabung dalam UKM Mapagama. Ia memandang kayak merupakan olahraga yang cukup menantang. Sementara dirinya adalah tipe orang yang sangat menyukai tantangan sehingga ia ingin menyalurkan jiwa petualangnya melalui olahraga kayak.
Berbagai pengalaman buruk pernah ia alami saat berlatih kayak. Sebut saja bibir sobek hingga harus dijahit karena terbentur batu saat berlatih. Juga berkali-kali hanyut terbawa arus. Namun berbagai persitiwa itu tidak pernah membuat Laras kapok. Bahkan semakin membuatnya menyukai olahraga yang satu ini. “Gak pernah merasa kapok sih,†ucapnya singkat sembari tertawa mengingat kejadian yang pernah dialaminya.
Laras mengaku sedih melihat perkembangan olahraga kaya di Indonesia yang belum maju. Padahal Indonesia memiliki potensi alam alam yang sangat banyak untuk tempat berlatih kayak. “Sayang di Indonesia kayak arus deras kurang berkembang, sementara kita banyak memiliki sungai berarus deras sebagai tempat latihannya,†katanya.
Karenanya ia bertekad lebih menekuni olahraga kayak arus deras melihat belum banyaknya masyarakat yang terjun ke bidang ini, terutama dari golongan perempuan. “ Perempuan masih jarang yang terjun di kayak arus deras . Saya ingin menunjukkan kalau perempuan juga bisa diolahraga ini dan berprestasi,†pungkasnya. (Humas UGM/Ika)