Keahlian perempuan ini di bidang antropologi forensik. Tapi siapa sangka di balik keahliannya sebagai peneliti i ia memiliki bakat terpendam sebagai penulis sekaligus pelukis. Setidaknya lebih dari 15 buku baik karya ilmiah, jurnal, novel, hingga komik lahir dari tulisan perempuan kelahiran Surakarta, 14 Nopember 1963 itu. Dia adalah Prof. drg. Etty Indriati, Ph.D.
Salah satu karya menarik dari Etty Indriati adalah komiknya yang berjudul Warisan Budaya dan Manusia Purba Indonesia Sangiran. Komik dua bahasa setebal 48 halaman dan diterbitkan tahun 2009 lalu tersebut menyajikan banyak ulasan dan penelitian tentang fosil manusia purba di Sangiran.
“Ide awalnya sebenarnya dari banyak pertanyaan anak saya yang waktu itu masih berumur 2 tahun. Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul waktu itu kemudian saya tuangkan dalam bentuk komik,â€kata Etty, Selasa (5/2).
Etty menuturkan Indonesia sangat kaya dengan keragaman budaya dan peninggalan benda-benda purbakala. Sayangnya, pengetahuan budaya dan purbakala itu lebih banyak diajarkan di dalam kelas saja. Belum banyak yang menuangkannya dalam bentuk buku termasuk komik cerita.
“Karena bentuknya komik sangat cocok buat anak SD hingga mahasiswa, khususnya mahasiswa Arkeologi yang meneliti hewan maupun tumbuhan yang hidup ratusan juta tahun lalu,â€imbuhnya.
Ia menjelaskan hobi meneliti sudah dilakukannya sejak masuk UGM tahun 1988 lalu. Waktu itu ia sudah bersama Prof. Teuku Jacob banyak melakukan penelitian lapangan. Diakui Etty, peneliti di Indonesia yang mempelajari masalah paleoantropologi masih minim. Akibatnya, banyak fosil-fosil Indonesia yang justru dipelajari oleh bangsa lain.
“Supaya tumbuh minat belajar tentang paleoantropologi ini dibuat tulisan yang lebih popular dalam bentuk komik tadi,â€kata Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM tersebut.
Dari komik tentang manusia purba di Sangiran tersebut Etty berharap minat anak-anak untuk belajar di museum maupun tentang peninggalan purbakala bisa tumbuh sejak dini. Orang tua memiliki peran yang besar agar anak-anak memiliki minat untuk belajar di museum. Kini seiring tingginya minat masyarakat terhadap komiknya tersebut, Etty masih berkeinginan untuk terus menulis baik tulisan ilmiah maupun popular.
“Ilmuwan harus turun gunung dan bentuk nyata penelitiannya adalah dari publikasi tulisan,â€tutur Etty (Humas UGM/Satria AN)