Melon merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dibudidayakan secara luas di seluruh dunia. Di Indonesia produksi melon secara komersial meningkatkan secara nyata dalam dekade terakhir.
Peningkatan ditandai dengan bertambahnya luasan tanaman tahun 2006 dan tahun 2007, dari sekitar 3.189 hektar menjadi 3.605 hektar dengan hasil mencapai 55.371 ton di tahun 2006 menjadi 59.665 ton di tahun 2007. “Sayang, ketika permintaan terhadap produk melon dengan kualitas baik meningkat, kenyataan di lapangan produksi secara komersial terhambat adanya serangan penyakit yang disebabkan oleh Begomovirus yang ditularkan Kutukebul sebagai vektornya,†ujar Ignatius Julijantono, di Auditorium Fakultas Pertanian UGM, Jum’at (15/2).
Bekerja di PT. Agri Makmur Pertiwi, Ignatius Julijantono mengatakan hal itu saat melaksanakan ujian terbuka program doktor UGM bidang ilmu pertanian. Didampingi promotor Prof. Dr. Ir. Susamto Somowiyarjo, M.Sc, Prof. Dr. Ir. Andi Trisyono, M.Sc dan Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc, promovendus mempertahankan desertasi “Identifikasi Penyebab Penyakit, Vektor Dan Marka Molekular Terpaut Gen Ketahanan Melon Terhadap Begomovirusâ€.
Bagi petani, kata Julijantono, metode paling sederhana dalam pengendalian penyakit adalah dengan varitas tahan, karena mereka tidak mengeluarkan biaya lebih untuk pengendalian. Keberhasilan pengendalian penyakit melalui penggunaan varietas tahan, ini pertama kali dilaporkan oleh Orton pada tahun 1909 yang menghasilkan varietas kapas.
Varietas yang memiliki ketahanan terhadap penyakit layu fusarium. Meski terbukti sebagai varietas tahan yang diperoleh melalui pemuliaan secara konvensional, namun masih terdapat beberapa kendala dalam pemuliaan secara konvensional, terutama dalam hal waktu yang diperlukan untuk mengintrogesikan gen-gen yang diinginkan.
“Pemecahan kendala dalam pemuliaan konvensional inipun mulai mendapatkan titik terang dengan ditemukannya marka molekular. Karena itulah penelitian ini mempelajari biotipe B. tabaci yang menginfeksi melon di daerah Kediri, mengidentifikasi isolat Begovirus, mempelajari pola pewarisan ketahanan dan memperoleh marka molekuler ketahanan terhadap Begomovirus pada melon,†katanya. (Humas UGM/ Agung)