Perwakilan Kedutaan Besar Jepang Bidang Informasi dan Kebudayaan, Mr. Yusuke Shindo mengatakan keberadaan politeknik-politeknik menjadi salah satu rahasia pengembangan teknologi di Jepang. Tujuan pendirian politeknik-politeknik ini untuk melatih ahli teknik memiliki keterampilan praktis dan mampu berpikir kreatif.
“Saat ini ada 57 perguruan tinggi di Jepang dan memiliki sekitar 60 ribu siswa. Sesudah lulus, mereka bekerja di industri manufaktur dan terus melanjutkan pendidikan dan pelatihan agar menjadi tenaga terampil yang mampu memberikan kontribusi untuk pengembangan teknologi di industri Jepang,†katanya saat membuka seminar “Vocational Education and Japan For Real Work and Beyond†di Grha Sabha Pramana, Kamis (28/2).
Yusuke Shindo menyatakan pada abad 21, masyarakat internasional dihadapkan pada masalah besar dan serius di bidang pangan, energi dan lingkungan. Melihat tantangan tersebut perkembangan teknologi dan inovasi menjadi sangat penting, tidak hanya di Jepang dan Indonesia, namun seluruh dunia.
“Karena itu, saya percaya kerjasama pengembangan teknologi bilateral antara Jepang dan Indonesia menjadi langkah paling tepat karena Jepang dan Indonesia dapat saling melengkapi,†tuturnya.
Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc, mengungkapkan idealnya perbandingan jumlah SMK:SMA mendekati angka 70:30. Hal ini seiring dengan keinginan banyak pihak untuk meningkatkan jumlah politeknik di Indonesia menjadi 100. “Sudah saatnya pembelajaran berbasis okupasi. Disain sekolah untuk mengisi okupasi-okupasi tertentu,†ungkapnya.
UGM saat ini, kata Rektor, telah melakukan Bring Industry to Campus. Yaitu upaya membangun industri ke dalam kampus. “Kita memang sangat berharap mendapat pengetahuan dari para pelaku industri. Tidak selalu dosen yang mengajar, namun pelaku industri sehingga kampus menjadi tahu kebutuhan tenaga macam apa yang diharapkan industri,†paparnya.
Ir. Hotma Prawoto Sulistyadi, M.T, Direktur Sekolah Vokasi UGM mengatakan seminar hasil kerjasama Sekolah Vokasi UGM dengan Asosiasi Politeknik di Jepang menjadi fondasi kerjasama keduanya yang telah dirintis sejak bulan September 2012. Kerjasama ini meliputi pertukaran mahasiswa, joint seminar, joint research, international conference, visiting lecture dan sebagainya.
“Ini menunjukkan komitmen Sekolah Vokasi UGM menjadi lembaga pendidikan tinggi terapan kelas dunia yang unggul dan bermartabat dan mampu menghasilkan tenaga kerja profesional,†katanya.
Di negara maju seperti Jepang, China, Jerman, Belanda, kata Hotma, pendidikan vokasi dikembangkan secara signifikan. Hal ini cukup beralasan karena pendidikan vokasional pada dasarnya adalah pendidikan yang lebih berorientasi pada penerapan ilmu untuk menyelesaikan problem secara praktis namun sistematik dan terukur.
“Sekolah Vokasi UGM adalah pendidikan keahlian setara dengan politeknik, yang berada dalam tata kelola Universitas Gadjah Mada. Sekolah Vokasi UGM adalah institusi pendidikan keahlian di UGM yang mewadahi semua program diploma di UGM,†tambahnya.
Enam Politeknik Jepang yang memberikan kontribusi pada seminar kali adalah Politeknik Kitakyushu, Politeknik Teknologi Nasional Akashi, Politeknik Kagoshima, Asosiasi Politeknik Teknologi Nasional dan center for International Student Exchange, Jepang. (Humas UGM/ Agung)