YOGYAKARTA – Iblis memohon kepada Tuhan seraya bersimpuh diatas batu, wajahnya menengadah, kemudian meminta permohonan, “Ya Tuhan, saya mohon pensiun saja, karena tugas saya di negeri ini sudah diambil alih para pejabatâ€.
Iblis ini kewalahan melaksanakan tugasnya menggoda manusia. Sampai-sampai ia ingin pensiun. Bisa jadi perbuatan buruk yang selama ini identik dengan iblis ternyata sudah diambil alih pejabat. Mereka yang selama ini tida kapok-kapoknya menimbun harta dari jalan yang tidak halal, pejabat korup.
Demikian salah satu karikatur karya GM Sudarta yang dipamerkan di Pusat kebudayaan Koesnadi Hadrjasoemantri (PKKH) UGM yang berlangsung dari tanggal 1 hingga 10 maret. Selain memamerkan 10 lukisan karikatur GM Sudarta, juga dipamerkan 70 lukisan dari sanggar bambu.
Pameran kali ini, Sudarta memajang 10 hasil karikaturnya yang pernah dimuat di harian media nasional. Di salah satu karikaturnya lain, dia menampilkan seorang bajak laut tersohor dalam film Pirate of Carribean, jack sparrow. Berdua dengan temannya, laki-laki yang memegang pedang dan pistol ini tengah tengah memperhatikan peta untuk mengetahui posisi harta karun di bukit hambalang. Di karikatur ini, GM Sudarta tengah menyindir persoalan korupsi. Barangkali pesan yang ingin ia sampaikan, bukit hambalang bukan hanya menyeret para menteri dan politikus senayan namun juga menarik minat seorang bajak laut untuk mengeruk harta karun dari proyek triliunan itu.
Karikatur GM Sudarta memang menggelitik bagi siapa yang melihatnya. Pesan dari lukisan karikaturnya mewakili kegundahan di benaknya. Tengoklah dia dengan jeli menggambar karikatur seorang calon presiden sedang berdandan di depan cermin. Seorang calon presiden berkepala gundul, lengkap dengan jas dan dasi ini menengok ke cermin. “Kayaknya sudah pantes nyapres nih,â€. Sang capres tidak sadar, di cermin itu muncul rekam jejaknya di masa lalu. Bukan wajahnya yang menawan yang muncul melainkan wajah dari kepala bertanduk dua.
Bagi Sudarta, karikatur tersebut mewakili perasaannya atas keprihatinanya melihat persoalan korupsi yang tak pernah kunjung selesai. Dengan membuat karikatur, dia merasa pesan yang diungkapkannya bisa tersalurkan ke orang lain. “Yang penting pengalaman batin kita dilukiskan dalam lukisan,†kata pria kelahiran Klaten, 67 tahun silam ini.
Meski tidak muda lagi, Sudarta mengaku sangat antusias diundang untuk ikut pameran apalagi diajak bergabung dengan komunitas seniman sanggar bambu yang selama ini sudah dikenalnnya sejak tahun 1960-an. Ibarat penyanyi, kata Sudarta, PKKH telah memberikan panggung bagi seniman untuk berkarya. “Sebagaimana penyanyi memberikan kebahagaian batinnya ke penonton, seniman juga memberikan kesedihannya dengan penikmat,†pungkasnya.
Direktur PKKH, Dr.Ida Rochani, kegiatan pameran kali ini dalam rangka merayakan ulang tahun PKKH ke-6. Meski gedung eks Purna Budaya ini sudah berdiri sejak 36 tahun silam. “Pameran kali ini kita mengangkat tema tentang cinta dengan mengundang para seniman,†katanya.
Rangkaian ulang tahun PKKH juga dimeriahkan dengan kegiatan refleksi dan sarasehan kebudayaan (3/3), pembacaan cerpen Umar Kayam dan pembacaan puisi (6/3), Pentas teater perkutut Wahyana Giri dan Dewan Teater Yogyakarta (7/3). Selanjutnya, Geguritan Hadeging Ngayogyakarta Hidiningrat dan pentas gejog lesung yogyakartya (9/3). Ditutup dengan pentas wayang cumplung Banyumasan (10/3). (Humas UGM/Gusti Grehenson)