Universitas Gadjah Mada dan Perum Perhutani KPH Ngawi melakukan panen bersama padi Gogo di area hutan milik Perum Perhutani, Petak 63 C RPH Sidolaju KPH Kedunggalar, KPH Ngawi, Jawa Timur, Jum’at (1/3). Panen padi Gogo ini merupakan kelanjutan program kerjasama Ketahanan Pangan dan produktivitas Hutan Jati antara Fakultas Kehutanan UGM dan Perum Perhutani.
“Ini merupakan bentuk kerjasama yang sudah berkali-kali kita bangun, dengan Fakultas Kehutanan UGM untuk melakukan berbagai macam penelitian, baik penelitian berkaitan dengan pohon Jati maupun kombinasi tanaman Jati dengan tanaman-tanaman lain, termasuk tanaman pangan,†ujar Dr. Mustofa Iskandar, Direktur PSDH dan PUHR, KPH Ngawi.
Mustofa Iskandar berharap dari hasil penelitian dan panen bisa segera diputuskan model paling tepat untuk diterapkan di areal kerja Perum Perhutani. Sebab pola tersebut akan menjadi pegangan Perum perhutani dalam mendukung program ketahanan pangan dan produktivitas hutan Jati.
“Saya berharap tidak terus menerus dalam bentuk penelitian. Khusus terkait padi, kita tahu bahwa ini adalah salah satu bentuk ikhtiar Perum Perhutani dalam mencari solusi baik, bagaimana tanaman padi berkolaborasi dengan tanaman Jati,†katanya.
Dr. Budiadi, S.Hut., M.Sc mewakili Tim Peneliti Fakultas Kehutanan UGM mengatakan melalui proposal kerjasama antara Fakultas Kehutanan UGM dengan Puslitbang Perum Perhutani, sejak tahun 2011 telah dilakukan penelitian di tiga KPH yaitu KPH Ngawi, KPH Randublatung Blora dan KPH Cepu, Bojonegoro. Fakultas Kehutanan UGM secara intensif terus mengamati sebagai upaya menemukan varietas padi Gogo terbaik diantara yang ada. “Saat itu untuk produktivitas kayu, kami mengusulkan empat pola macam tanam, jarak tanam 3×3, 6×2, 8×2 dan 10×2 meter. Kami terus, saat inpun pas panen raya, kita akan mengukur produktivitas padi tersebut,†papar Budiadi melaporkan.
Budiadi menjelaskan terdapat lima varietas terbaik yang diujicobakan. Variatas paling tinggi adalah situpatenggang, in pari, inpago 4, inpago 5 dan inpago 6. Sementara untuk varietas lokal diujikan jenis padi gogo putugunungkidul. “Hasilnya cukup bagus, hasil panen memperlihatkan skala 11-12 ton per hektar,†tuturnya.
Dari luasan 20.000 hektar hutan di petak 63 C RPH Sidolaju KPH Kedunggalar, KPH Ngawi, baru 8 hektar bisa ditanami padi gogo. Hal tersebut memberi harapan baru untuk produksi padi, sebab luasan di KPH Ngawi mencapai 46.000 hektar hutan.
“Saya berharap ini tidak hanya di KPH Ngawi saja, namun bisa pula dikembangkan di KPH Randublatung dan KPH Cepu,’ papar Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama, Teguh Yuwono, S.Hut., M.Sc.
Sedangkan Dr. Hargo Utomo, Direktur Pengembangan dan Inkubasi UGM menyatakan panen raya menjadi titik awal dari proses ketahanan pangan dari kolaborasi yang dibangun sejak lama antara UGM dan perum perhutani dan masyarakat. Agenda ketahanan pangan saat ini menjadi agenda cukup stratejik buat bangsa dan kepentingan masyarakat.
“Nah ini contoh sukses di tahap awal untuk bidang ketahanan pangan yang disandingkan dengan pengelolaan hutan,†ungkapnya. (Humas UGM/ Agung)