Peternakan domba merupakan salah satu sektor di bidang pertanian yang turut berkontribusi menyumbang komoditas besar dalam pembangunan. Sebagai penghasil daging, domba mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Namun demikian, sektor peternakan masih saja sebagai penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca atau gas metan setidaknya hingga 35 persen di atmosfir. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.
Ir. Erwin Hubert Barton Sondakh, M.Si., mengatakan bahwa penghambat produksi metan oleh ruminansia dapat dilakukan dengan menggunakan medium chain fatty acid (MFCA) pada pakan domba. Dalam hal ini, MFCA mampu menekan peran aktivitas bakteri metnogenik melalui inhibisi protozoa. Penghambatan produksi metan di rumen mengakibatkan jumlah asam propionat akan meningkat. Dampak kenaikan asam propionat akan terlihat pada sintesis protein mikrobia yang meningkatkan sehingga menyebabkan protein tubuh meningkat.Protein tubuh yang meningkat akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi.
Selain itu, dikatakan dosen Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi ini, asam propionat juga mampu menekan biohidrogenasi rumen yang menyebabkan asam lemak tak jenuh tidak terhidrogenasi lebih jauh di rumen dan akan menuju usus halus. Penghambatan proses biohidrogenasi di rumen sangat menguntungkan bagi ternak ruminansia khususnya ternak penghasil daging. “Ketersediaan asam propionat yang cukup menyebabkan komposisi daging terutama kandungan asam lemak tidak jenuh pada daging meningkat,†jelasnya saat mempertahankan disertasi berjudul “Pengaruh Reduksi Metan Menggunakan Medium Chain Fatty Acids Terhadap Pertumbuhan Dan Kualitas Daging Dombaâ€, dalam ujian terbuka program doktor , Senin (11/3) di Fakultas Peternakan UGM.
Dari penelitian yang dilakukan melalui tiga tahapan menunjukkan bahwa pemberian MFCA sebesar 1,5 persen memberikan efek terbesar terhadap penurunan jumlah protozoa. Sedangkan pemberian 1,0 dan 1,5 persen MFCA pada ternak mampu mereduksi gas metan sebesar 14,33 persen. Apabila MFCA dinaikan menjadi 1,5 persen dalam pakan maka kandungan metannya akan berkurang sampai dengan 25,30 persen.
“Penurunan gas metan dimungkinkan karena peranan MCFA pada bungkil kelapa sebagai agen defaunasi yang mampu menghambat aktivitas protozoa. Protozoa merupakan agen yang berfungsi sebagai penyatu antara metanogenik dengan ciliate nya secara simbiosis, sehingga menyebabkan terbentuknya metan,†urainya.
Hasil lain menunjukkan bahwa kandungan MCFA pada pakan mengakibatkan kenaikan bobot badan harian. Kandungan 1,0 persen MCFA dalam pakan menyebabkan adanya kenaikan PBBH 102,59 g/ekor/hari menjadi 116 g/ekor/hari atau kenaikan sebesar 12,15 persen. Apabila MCFA dinaikkan sampai dengan 1,5 persen dalam pakan, PBBH akan mengalami pertambahan sebesar 15,93 persen. “Kenaikan PBBH ini mungkin disebabkan oleh pengaruh dari MCFA yang mampu meningkatkan nilai kecernaan BK, BO dan protein. Peningkatan PBBH menyebabkan terjadinya peningkatan efisiensi pakan yang ditunjukkan dengan angka konversi pakan menurun,†terangnya.
Lebih lanjut disampaikan Erwin, pakan dengan kandungan mengandung MCFA 1,5 persen lebih tinggi bobot karkas dibanding domba yang mendapatkan pakan yang tidak mengandung MCFA. Sementara kadar kolesterol daging mengalami penurunan setelah diberikan 1,0 persen MCFA pada pakan. Adapun penurunan kolesterol dalam daging hingga 7,14 persen jika dibandingkan dengan kadar kolesterol daging pada ternak yang diberi pakan tanpa MCFA.
“Pemberian MFCA sebanyak1-1,5% dari bungkil kelapa dengan kandungan 14-21 % dalam pakan domba dapat mereduksi gas metan yang berimplikasi pada peningkatan pertumbuhan dan peningkatan kualitas daging domba,†pungkas Erwin. (Humas UGM/Ika)