YOGYAKARTA – Suasana duka menyelimuti Keluarga besar UGM. Mahasiswa Fakultas Biologi angkatan 2010, Dian Putri Permatasari, menjadi korban dalam musibah banjir di Goa Serpeng, Gunungkidul, Selasa Sore (19/3). Dian merupakan satu diantara tiga korban yang meninggal dunia, dua korban lainnya, Ganang Samudra dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Hevin Faharisa dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Ketiganya tengah mengikuti Kursus Dasar dan Kursus Lanjutan teknik penelusuan gua dan lingkungan yang diadakan Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI).
Dr. Budi Setyadi Daryono, Wadek Akademik dan Kemahasiswaan, Fakultas Biologi UGM ditemui saat melayat ke rumah duka di Karangkajen, Rabu (20/3), menyampaikan perasaaan duka yang mendalam. Dia mengaku baru mengetahui mahasiswinya meninggal jam 5 pagi lewat telpon. Menurutnya lambatnya informasi yang diterima karena kegiatan yang diikuti Dian di luar sepengetahuan Universitas dan Fakultas. Padahal seharusnya mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan di luar kampus harus memberitahukan pihak kampus.
Kendati mengakui Dian meninggal karena kena musibah, Budi menuturkan pihaknya akan mengevaluasi setiap kegiatan di luar kampus yang akan diikuti para mahasiswa untuk menghindari jatuhnya banyak korban. “Kegiatan apapun yang dilakukan mahasiswa harus berkoordinasi dengan kemahasiswaan,†katanya.
Widodo (50), Orang tua korban, menuturkan dirinya tidak menyangka jika anak sulungnya pergi mendahuluinya lebih cepat. Tidak ada firasat atau perasaan aneh yang dirasakan sebelumnya, bahkan dirinya pula yang memberikan izin untuk mengikuti kursus tersebut. “Sempat minta ijin kirim brosur lemat email. Saya ijinkan,†kata Widodo yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan PT. Sintas, Cikampek, Jawa Barat. Sedangkan Dian sejak mulai kuliah 2010 tinggal bersama tantenya di Karangkajen Yogyakarata.
Dian Putri Permatasari adalah anak pertama dari dua bersaudara. Perempuan kelahiran 14 september 1992 memiliki kemauan keras, selalu bersemangat dan memiliki keingintahuan yang lebih tinggi. Sikapnya yang suka ngeyel selalu melekat padanya. “Kalo punya kemauan keras, sulit dicegah,†tuturnya.
Namun balasan pesan pendek selasa pagi menjadi kontak terakhir Widodo dengan sang anak. Saat itu Widodo mengirim pesan agar Dian mewakili keluarga untuk melayat ke rumah mertua pamannya yang meninggal. Karena alasan tengah mengikuti kursus penelusuran goa, Dian berjanji akan melayat sore harinya. Sayang, Dian tidak datang. Ia meninggal karena terjebak di dalam goa saat banjir bandang datang. Nyawanya pun tidak tertolong. Hingga 1,5 jam kemudian jasadnya baru bisa dievakuasi tim SAR bersama dua orang lainnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)