YOGYAKARTA – Jurnalisme warga menjadi media sumber informasi baru bagi masyarakat selain sumber informasi dari dominasi industri media. Kendati media jurnalisme warga dibangun oleh industri media dan respon warga untuk terlibat dalam memberitakan kejadian di seputar mereka. Warga tidak sekedar berhenti sebagai konsumen atau penerima informasi semata melainkan mendefinisikan diri mereka sebagai produsen informasi itu sendiri.
Di Indonesia, media jurnalisme warga yang dibangun tidak lepas dari kepentingan dari pemilik media, bahkan dimanfaatkan untuk mencari keuntungan melalui penawaran iklan dan sponsor. “Tidak sepenuhnya industri media menyediakan wadah atau medium jurnalisme warga namun tetap memanfaatkan jurnalisme warga untuk mendapatkan keuntungan melaui iklan dam sponsor kegiatan,†kata Rulli Nasrullah, S.Ag., M.Si., Jurnalis dan Editor Majalah Gatra dan warta Kota dalam ujian terbuka promosi doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (25/3). Bertindak selaku promotor, Prof. Dr. Irwan Abdullah dan ko-promotor Dr. Lono Lastoro Simatupang, M.A.
Dari hasil penelitian Nasrul, media jurnalisme warga tidak lagi murni menampilkan secara visual laporan peristiwa yang ada di tengah masyarakat dan dilaporkan oleh warga, tapi pengakses situs jurnalisme warga disuguhkan iklan dan konten yang dipublikasikan yang memuat pesan-pesan sesuai dengan keinginan industri media.
Jurnalisme warga memang menjadikan warga sebagai pekerja dalam media jurnalisme karena semua isi dari media pada dasarnya diproduksi oleh warga itu sendiri. Namun yang terjadi saat ini, industri media tidak hanya mengandalkan warga dalam memproduksi isi, tapi juga memanfaatkannya berita dari warga tersebut. Disamping itu, jurnalis warga diposisikan sebagai konsumen, artinya media jurnalisme warga digunakan oleh industri media untuk menjual sekaligus menjadikan media warga sebagai sasaran iklan.
Temuan ini menurutnya menunjukkan adanya perbedaan pemanfaatan media jurnalisme warga oleh industri media di indonesia dibandingkan fenomena media jurnalisme warga yang ada CNN dan BBC. “Berbeda dalam praktik jurnalisme warga iReport CNN dan kanal Have Your Say di BBC,†ujarnya.
Ia sendiri menegaskan perlunya redefinisi terhadap term jurnalisme warga di Indonesia jika tidak maka jurnalisme warga telah terjebak dan mengarah pada ‘kematian’ karena tidak jauh berbeda dengan media tradisional pada umumnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)