BANTUL-Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM menjadi pelopor Gerakan Irigasi Bersih (GIB) atau Merti Tirta Amartani di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Hal ini ditandai dengan dicanangkannya Gerakan Irigasi Bersih: Dari Yogyakarta Untuk Indonesia bertempat di daerah irigasi Bendung Tegal, Dusun Sriharjo, Desa Kebonagung, Imogiri, Bantul, Selasa (26/3).
Salah satu penggagas GIB di Bantul, Prof. Dr. Sigit Supadmo Arif, M.Sc dari FTP UGM menuturkan munculnya gerakan ini berawal dari permasalahan tentang banyaknya sampah yang mengalir di saluran irigasi petani di Bantul. Di Bantul, sebagian sistem irigasi harus melewati wilayah perkotaan sehingga sampah yang mengalir ke dalam saluran irigasi juga merupakan sampah limbah rumah tangga, industri serta sampah perkotaan yang lain.
“Sampah limbah ini bercampur sampah dari persawahan beririgasi sehingga merupakan sampah organik dari sisa budaya pertanian. Ini mengganggu lingkungan ekologis dan berdampak buruk terhadap mutu hasil pertanian,â€kata Sigit.
Banyaknya sampah yang mengalir di saluran irigasi ini menurut Sigit disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang sampah dan manajemen sampah. Selain itu tidak adanya budaya hidup bersih masyarakat dan kurang berfungsinya manajemen sampah sehingga masyarakat tidak mengetahui bagaimana sampah harus dikelola dengan baik dan benar.
“Tidak adanya manajemen sampah yang baik ini maka masyarakat saat itu paling mudah dan murah kemudian membuang sampah di badan-badan air yang mengalir termasuk saluran irigasi,â€urai Sigit.
Melihat kondisi ini maka Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM memelopori GIB di Bantul. Beberapa langkah konkrit yang telah ditempuh UGM dalam GIB tersebut antara lain melakukan edukasi dan pemberdayaan masyarakat belajar bersama antar pelaku. Dalam hal ini setidaknya terlibat 38 Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) se Kabupaten Bantul. Bahan pembelajaran berupa film pendek, foto, poster dan hasil pengembangan teknologi sampah bersama Bank Sampah Bantul.
“Kita juga akan melibatkan KKN mahasiswa. Tahun depan kita juga akan menggandeng universitas dari Swedia dan India dalam program ini,â€terangnya.
Mantan Kepala Bappeda DIY, Ir. Bayudono, M.Sc yang juga penggagas GIB menambahkan keberadaan irigasi cukup penting dalam pengembangan hasil pangan para petani. Sampah yang muncul di saluran irigasi para petani tersebut akan sangat mengganggu fungsi saluran irigasi.
“Konsep reduce, reuse dan recycle diterapkan dalam GIB ini,â€urai Bayudono.
Sementara itu Bupati Bantul, Sri Surya Widati yang diwakili oleh staf ahli bidang ekonomi pembangunan, Drs. Supriyanto, M.M dalam sambutannya mendukung pencanangan GIB tersebut. Persoalan sampah yang ada di saluran irigasi merupakan persoalan yang cukup rumit karena banyak saluran irigasi yang melewati permukiman penduduk. Akibat pencemaran ekologi di saluran irigasi ini akhirnya mengganggu produksi pertanian petani di Bantul.
“Kesadaran masyarakat harus ditumbuhkan dan butuh kerjasama banyak pihak. Mudah-mudahan ini jadi momentum dan dapat memberi edukasi kepada daerah lain,â€tutur Bupati.
Direktur Pengairan dan Irigasi Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) M. Donny Azdan menjelaskan bahwa persoalan saluran irigasi yang berwawasan lingkungan saat ini telah menjadi perhatian dunia. Sampah di saluran irigasi menurut Donny juga terkait dengan kondisi lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat di daerah irigasi.
“Penyadaran masyarakat terhadap budaya hidup bersih, sehat dan peduli lingkungan harus ditanamkan,â€terang Donny.
Beberapa kegiatan pada pencanangan Gerakan Irigasi Bersih tersebut antara lain gotong royong bersih saluran irigasi, teatrikal ‘sampah jadi rupiah’, deklarasi kebulatan tekad, penandatanganan naskah deklarasi dan penyerahan bibit pohon (Humas UGM/Berita & foto: Satria AN)