YOGYAKARTA – Utusan Presiden untuk MDGs Indonesia, Prof. Dr. Nila F. Moeloek, mengatakan persoalan pendidikan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya angka kematian ibu saat melahirkan selain keterjangkauan akses sarana kesehatan. Pasalnya sebanyak 33 persen wanita di Indonesia tidak tamat sekolah dasar. “Rata-rata mereka tidak mengerti jika dia hamil harus menjaga kesehatannya. Karena 33 persen ibu-ibu tidak tamat SD,†kata Nila dalam orasi ilmia Tantangan dan hambatan MGDs Indonesia di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Senin (1/4).
Nila menyebutkan kasus kematian ibu tertinggi disebabkan akibat pendarahan, lalu kasus kejang, infeksi serta anemia. “Paling banyak bleeding, rata-rata 70 persen hemoglobin mereka rendah,†ungkapnya.
Saat ini angka kematian ibu, 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu tersebut telah dilakukan oleh pemerintah melalui program jaminan persalinan (jampersal). Namun yang tidak kalah lebih penting menurutnya, ibu-ibu harus mengubah cara pandang mereka untuk menjaga kesehatan mereka. â€Wanita harus pandai menentukan hidupnya sendiri, mampu menjaga kesehatan mereka jangan sampai kurang gizi, terkena infeksi penyakit seperti TBC, Malaria, cacingan,†katanya.
Untuk mengurangi angka kematian ibu tidak cukup bergantung pada program kerja Kementerian kesehatan namun menjadi tanggungjawab lintas sektor. Dia menyebutkan Kemendiknas dan Kementerian Pekerjaan Umum memiliki tanggungjawab yang sama. “Harus lintas sektor, terkait infrastruktur dan sarana pelayanan kesehatan terutama di daerah marginal,†ujarnya.
Senada, Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Djamaludin Ancok, menuturkan pencapaian target pembangunan MDGs hanya dapat dilakukan melalui peningkatan modal intelektual masyarakat. Meningkatkan intelektual masyarakat tidak cukup semata-mata mengandalkan jalur pendidikan formal.†Diknas harus juga ikut mikir. Jangan sampai guru-guru hanya sibuk dengan unas, sertifikasi. Guru juga butuh kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan pedagogik,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)