YOGYAKARTA – Perempuan memiliki persoalan dan pengalaman hidup yang berbeda dengan laki-laki dalam tiap masanya. Bagi perempuan yang kreatif, mereka menuangkan ide, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk puisi. Penyair perempuan yang merepresentasikan sosok perempuan dalam puisi menjadi penting agar dapat mengungkap keberadaan perempauan pada zamannya karena puisi merupakan ekpresi puitik dan kesadaran penyairnya.
Hal itu mengemuka dalam ujian promosi doktor Dra. Rini Ratih Sri Sudaryani, M.Hum., di Fakultas Ilmu Budaya UGM, Selasa (2/4). Dari disertasinya yang meneliti kondisi persoalan perempuan dalam puisi yang dihasilkan penyair perempuan pada tahun 1920-2000.
Perempuan pada tahun 1920-1942 didominasi puisi yang menggambarkan peran perempuan di wilayah domestik sebagai istri yang mengabdi pada suami. “Perempuan pada tahun 1942-1945 mengalami tekanan sebagai perempuan terjajah tetapi sekaligus melahirkan keberanian, semangat nasionalisme dan keinginan beraktualisasi di masyarakat,†kata Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Keberadaan perempuan dalam puisi yang muncul di tahun 1945-1965 menggambarkan bahwa perempuan mulai merambah dunia pendidikan dan beraktualisasi di masyarakat. Beberapa puisi diantaranya karya dari Susy Aminah Aziz, Poppy Donggo Hutagalung, Lastri Fardani Sukarton, S.Rukiah dan Sabarjati. “Meskipun perempuan pada periode ini dilukiskan sebagai makhluk yang tidak memiliki kekuasasan karena sistem patriarkat yang masih kental tetapi perempuan ditampilkan sebagai sosok yang telah memiliki semangat nasionalisme untuk memperoleh pembebasan demi kehidupan yang lebih baik,†katanya.
Berbeda pada pusisi perempuan yang muncul pada tahun 1965-1980 memperlihatkan aktivitas perempuan dan eksistensi mereka di ruang publik sebagai perempuan cerdas dan mandiri yang berani melakukan perlawanan terhadap bentuk ketidakadilan. Beberapa diantaranya puisi dari Toeti Heraty, Agnes Sri Hartini, Dewi Motik, Rita Oetoro, Rayani Sriwidodo, Diah Hadaning dan Upita Agustine yang banyak mengangkat tema kehidupan perempuan dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti kekerasan dan subordinasi terhadap perempuan di masa itu.
Selanjutnya, keberadaan perempuan dalam puisi tahun 1980-2000 menunjukkan adanya kesadaran perempuan di wilayah domestik dan publik serta menuntut pembebasan untuk mengaktualisasikan berbagai potensi dalam dirinya. Hal ini tampak dalam puisi karya Medy Loekito, Oka Rusmini, Dianing Widya Yudhistira, Azwina Aziz Miraza, Rayani Sriwidodo, Ulfatin ch, dan Abidah El Khaeliqy. (Humas UGM/Gusti Grehenson)