YOGYAKARTA – Struktur penguasaan lahan dan aset produksi menjadi persoalan krusial bagi peningkatan produksi pangan nasional. Pasalnya lebih dari 50% petani padi, jagung dan kedele, penguasaan lahannya kurang dari 0,5 hektar. Oleh karena itu, Fakultas Pertanian UGM mendesak pemerintah untuk meningkatkan kepemilikan dan penguasaan lahan pertanian untuk para petani. “Soalnya pertumbuhan produksi padi, jagung dan kedele selalu kurang dari 5%,†kata Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, SP., MP., dalam Seminar Kebijakan Pembangunan Pertanian Menuju Kedaulatan Kemandirian dan Ketahanan Pangan di Auditorium Fakultas Pertanian, Jumat sore (5/4) .
Luasan lahan pertanian yang kecil ini kata Jamhari menyebabkan efisiensi rendah yang berakibat pada rendahnya pendapatan petani. Luasan produksi pangan stagnan dari tahun ke tahun , meskipun ada pencetakan lahan baru namun karena pesatnya laju alih fungsi lahan pertanian untuk penggunaan non-pertanian menyebabkan luas lahan produksi pangan mengalami stagnasi.
Menurutnya Pertumbuhan produksi pangan perlu terus didorong dengan pencetakan lahan baru di daerah potensial, perluasan dan perbaikan irigasi, intensifikasi penanaman (double atau triple cropping), dan pemanfaatan agroforestry untuk mendukung produksi pangan.
Disamping itu, dukungan permodalan dari perbankan perlu terus didorong karena umumnya petani masih mengandalkan modal sendiri. “Modal dari perbankan kurang dari 1%, padahal ketergantungan pada input luar sangat tinggi 35-70%,†imbuhnya.
Direktur Umum Perum Bulog Ir. Sutarto Alimoeso, MM., dalam presentasinya yang dibacakan satf ahli Perum Bulog, Agus Saifullah, mengatakan pengelolaan logistik pangan dalam rangka menjaga stabilitas dan ketahanan pangan masih menghadapi kendala rendahnya ketersediaan infrastruktur terutama jalan dan pelabuhan. Bahkan masih adanya pungutan tidak resmi yang menyebabkan eknomi biaya tinggi. “Akibatnya biaya transaksi logistik jadi mahal dan lambat, tidak jarang sering terjadi kelangkaan stok dan fluktuasi harga,†katanya.
Untuk meningkatkan pelayanan logistik, Perum Bulog menggunakan 130 kantor dengan 4.484 orang karyawan, 1.575 unit gudang yang berkapasitas menampung 3,9 juta ton pangan dan melibatkan 4.672 mitra untuk mendistribusiskan 49.849 titik distribusi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)