YOGYAKARTA – Kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia saat ini disusun berdasarkan kompetensi lulusan yang mengacu pada World Federation Medical Education (WFME). Oleh karenanya muncul perubahan paradigma pendidikan kedokteran dari sebelumnya teacher-centered menjadi student centered learning:problem-based, integrated, community-based, early clinical exposure dan systematic (SPICES). Penekanan pembelajaran ini lebih kepada pembelajaran konstruktif, kolaboratif, kontekstual dan mandiri. Keempat konsep pembelajaran tersebut tercakup dalam strategi pembelajaran berdasarkan masalah atau problem-based learning (PBL).
“Sebagian besar institusi pendidikan dokter di Indonesia sudah menjalankan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Pendekatan pembelajaran yang digunakan umumnya adalah problem-based learning,†kata Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Mardiastuti, M.Sc, SpMK(K)., dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Sabtu (6/4). Bertindak selaku promotor Prof. Dr. dra. Amitya Kumara, MS., dan ko-promotor dr. Titi Savitri Prihatiningsih, MA, M.Med.Ed., Ph.D., dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D.
Penelitian Mardiastuti pada Studi kasus implementasui PBL di Fakultas Kedokteran UI menunjukkan bahwa keterlaksanaan PBL membutuhkan perubahan struktur organisasi dan manajemen pendidikan, dan tata kelola. Di UI, keterlaksanaan proses penerapan kurikulum di tingkat institusi cukup baik dengan adanya perubahan kurikulum dan staf pengajar preklinik memperoleh insentif tambahan (remunerasi). “Yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan kurikulum yakni sumber daya manusia dan pemahaman staf tentang PBL,†kata perempuan kelahiran Jakrta 10 Juni 1962.
Di tingkat institusi dan program studi, faktor kepemimpinan, komitmen, pendelegasian wewenang, pengambilan keputusan, koordinasi dan komunikasi memegang peranan penting dalam menajemen perubahan. “Pimpinan merupakan agent of change dalam perubahan kurikulum yang terjadi.†Imbuhnya.
Komitmen staf tidak kalah penting pengaruhnya terhadap hasil perubahan kurikulum. Kepemimpinan yang kuat dan didukung oleh komitmen pimpinan dan staf menunjang keberhasilan implementasi PBL.
Selain, penghargaan berupa remunerasi, persiapan sumber daya serta perubahan tata kelola organisasi dilaksanakan bersamaan diikuti impelemntasi, evaluasi dan perbaikan. Menurutnya, pengembangan staf dalam pemahaman PBL harus terus ditingkatkan secara berkesinambungan, agar dosen dan mahasiswa memiliki pemahaman yang seragam sehingga implementasi dan hasil akhir sesuai dengan tujuan pendidikan dokter.(Humas UGM/Gusti Grehenson)