Dua mahasiswa UGM, Irma Novikawati (Biologi angkatan 2011) dan Ricco Survival Yubaidi (D3 Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 2011) berhasil mengikuti ASEAN Youth Exchange Program, 14-24 Maret 2013 di Chulalongkorn, University, Thailand. Bersama mahasiswa dari beberapa kampus lainnya, seperti Universitas Airlangga, UI dan UPN mereka berbaur dan berbagi pengalaman dengan mahasiswa dari 9 negara ASEAN lainnya, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand, Brunei Darusalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Singapura, dan Vietnam. Irma dan Ricco dapat mengikuti forum ini setelah esai mereka yang mengangkat tema tentang peran dan motivasi diri pemuda untuk ASEAN lolos seleksi.
“Dari Indonesia ada sembilan belas mahasiswa yang mengikuti program tersebut,â€tutur Irma, Selasa (9/4).
Irma mengatakan selama sepuluh hari di Thailand mereka banyak belajar dan berbagi pengalaman tentang peran ASEAN saat ini. Selain belajar mengenal peran ASEAN mereka juga melakukan kunjungan di beberapa lokasi di Thailand seperti United Nations ESCAP, Ayuthaya, Grand Palace, serta Bank of Thailand.
Melalui ASEAN Youth Exchange Program, Irma mengaku dapat melihat perkembangan negara-negara ASEAN maupun ASEAN sebagai komunitas dan membandingkannya dengan komunitas negara dunia lainnya.
“Selain menyumbangkan pemikiran bagaimana ASEAN ke depan kita juga bisa belajar langsung budaya dan seni dari negara ASEAN lainnya,â€kata mahasiswi kelahiran Tulungagung itu.
Pada forum itu Irma bersama mahasiswa Indonesia lainnya menampilkan kesenian Tari Remo, Tari Saman, dan olahraga tradisional lainnya seperti balap karung, lompat tali dan jamuran. Selama mengikuti forum ini Irma menilai cukup besar peran organisasi ASEAN bagi kerjasama negara-negara di dalamnya. Bagi generasi muda, termasuk mahasiswa, banyak manfaat dan kemudahan yang diperoleh seperti kunjungan tanpa visa serta banyaknya beasiswa yang bisa diperoleh.
“Meskipun ada sedikit gesekan seperti klaim kesenian Indonesia oleh negara ASEAN lainnya itu tidak mengganggu aktifitas selama mengikuti forum karena kita paham hal ini akan diselesaikan di level pemerintah,â€tegas Irma.
Menang Menulis LKTI Bidik Misi
Selain Irma, ada prestasi dari mahasiswa Fakultas Biologi lainnya. Mereka adalah Nur Lailatun Ni’mah, Tri Sulistyo dan Lailatul Isnaini. Mahasiswa Fakultas Biologi angkatan 2012 ini menjadi juara 3 LKTI Nasional Bidik Misi Se-Indonesia, 29 Maret 2013 lalu di Universitas Andalas Padang.
Tio, panggilan akrab Tri Sulistyo, mengatakan pada LKTI tersebut mereka mengangkat judul tulisan “GEMPAR Bidik Misi†Griya Edukasi Media Pendidikan Anak Raya Bidik Misi Sebagai Usaha Memutus Rantai Kemiskinan dari Rakyat untuk Rakyat. Dari ratusan peserta kemudian diseleksi menjadi 10 tim yang berlomba pada babak final sekaligus mempresentasikan tulisan yang dibuat.
Ia menjelaskan tulisan itu bercerita tentang peran para mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi yang tidak hanya bisa bersifat konsumtif dengan beasiswa yang mereka terima namun juga ikut serta dalam memutus mata rantai kemiskinan.
“Mahasiswa penerima Bidik Misi punya potensi untuk berperan dalam memutus mata rantai kemiskinan di Indonesia,â€papar mahasiswa penerima Bidik Misi asal Sragen itu.
Mata rantai kemiskinan yang dimaksud Tio terutama bagi anak-anak jalanan yang selama ini belum mengenyam pendidikan. Tio mengatakan “GEMPAR Bidik Misi†Griya Edukasi Media Pendidikan Anak Raya Bidik Misi Sebagai Usaha Memutus Rantai Kemiskinan dari Rakyat untuk Rakyat adalah sebuah inisiasi program pendidikan jalanan yang diusahakan oleh mahasiswa dan alumni penerima beasiswa Bidik Misi dengan bantuan pemerintah, guna membantu pemerintah dalam mewujudkan programnya untuk mengentaskan kemiskinan dengan menyediakan Griya Edukasi untuk belajar sekaligus griya (rumah usaha) sebagai Media Pendidikan untuk Anak Raya (anak jalanan) guna mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas (menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi) dan juga mandiri (ahli berwira usaha).
“Ini bisa melibatkan banyak mahasiswa penerima Bidik Misi maupun alumni yang punya keahlian beragam,â€tuturnya.
Sementara itu menurut Isnaini yang membedakan “GEMPAR Bidik Misi†Griya Edukasi Media Pendidikan Anak Raya Bidik Misi dengan yayasan atau sekolah umum sejenis lainnya yaitu, anak raya akan belajar mata pelajaran sekolah mulai pagi hari pukul 07.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan dari wirausaha atau enterprenership yang tujuannya untuk mengasah kreativitas dan imajinasi mereka.
Mereka kemudian diminta memilih bidang yang diminati untuk dikembangan. Karya-karya yang dihasilkan memiliki daya jual akan didistribusikan untuk di jual ke pasar dan hasilnya sebagian akan masuk ke kas “GEMPAR Bidik Misi†Griya Edukasi Media Pendidikan Anak Raya Bidik Misi dan sebagian akan diberikan ke orang tua anak raya golongan children on the street dan children of the street yang benar-benar membutuhkan uang tersebut untuk ekonomi keluarga mereka. Sehingga kedua belak pihak akan merasakan manfaatnya (Humas UGM/Satria AN)