Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering menjangkit wanita usia reproduksi dengan tingkat insidensi 5-10 persen. Penyakit ini dapat menurunkan reseptivitas endometrium dan mengganggu perkembangan oosit dan embrio. Bahkan, endometriosis bisa mengganggu fungsi organ reproduksi yang pada akhirnya menurunkan fertilitas atau angka kehamilan.
dr. Pinda Hutajulu, Sp.OG. K.Fer., menyebutkan melalui pemeriksaan dini biopsi endometrium pada wanita dengan infertilitas penting dilakukan sejak dini untuk melihat ekspresi pinopoda atau biomarker reseptivitas endometrium sebagai sarana diagnostik yang sederhana dalam menentukan waktu terbaik dalam melakukan transfer embrio. Langkah tersebut diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya dalam mengikuti program teknologi reproduksi berbantuan
“Selain itu pada wanita dengan riwayat keluarga endometriosis juga perlu melakukan pemeriksaan lebih awal terhadap kemungkinan polimorfisme. Juga dengan melakukan pengaturan berat badan sejak dini dan pengaturan siklus menstruasi yang merupakan predisposisi terjadinya endrometriosis,†jelas dokter di RSDR. Sudarso Pontianak ini, saat melaksanakan ujian terbuka Program Doktor di Fakultas EKdokteran UGM, Selasa (9/4).
Dalam disertasinya berjudul “ Ekspresi PinopodaPasien Endrometriosis†Pinda memaparkan bahwa dari hasil penelitian terhadap 32 sampel endrometrium dan darah wanita yang mengikuti laparoskopi dan hiteroskopi di RSUP Dr. Sardjito dan RS Islam Klaten diketahui hari ke 19-20 menstruasi adalah hari dengan jumlah dan skor tertinggi pinopoda dan menjadi waktu yang baik untuk melakukan transfer embrio.
Temuan lain memperlihatkan bahwa terjadi perubahan asam nukleat adenine menjadi timin pada varian 2 exon 2 gen HOXA10 dengan perubahan asam amino serine menjadi cysteine pada 12 kasus endometriosis. (Humas UGM/Ika)