Wilayah laut, sungai dan darat di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sesungguhnya menjadi potensi unggulan yang bisa dimanfaatkan. Bila dikelola dengan baik, berbagai potensi tersebut tentu membuka kesempatan usaha dan kesejahteraan bagi masyarakat di DIY. Pemanfaatan potensi laut di pesisir selatan Yogyakarta telah lama dilakukan, namun masih belum memberikan hasil yang optimal. Masih banyak nelayan tradisional dengan alat konvensional belum mampu menjangkau lautan lepas. Menurut Prof. Dr. Ir. Rustadi, M.Sc jumlah tangkapan yang masih sedikit dan tidak terpenuhinya jumlah pasokan ikan untuk kebutuhan DIY perlu diluruskan. Apalagi dengan luasan yang dimiliki, DIY membuka peluang menjadi daerah sentra benih perikanan, baik darat maupun laut. “Bahkan kalau kita lihat UU Keistimewaan telah memberikan anggaran secara khusus. Sultan saat pidato pengukuhan sebagai gubernur pernah mengatakan visi dan misi Keistimewaan Yogyakarta salah satunya adalah Among Dagang Layar. Yaitu berharap dengan luasan yang dimiliki Yogyakarta mencoba menjadi sentra benih perikanan darat dan laut,†papar Rustadi di Fakultas Pertanian UGM, Rabu (10/4). Menanggapi keinginan tersebut, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM terus melakukan diskusi untuk pengembangan perikanan di DIY. Diantaranya membahas pengembangan bisnis perikanan di daerah, dengan memanfaatkan Pelabuhan Sadeng Wonosari dan Pelabuhan Adikarto di Kulon Progo yang lagi digarap. “Dengan teknologi masih sederhana nelayan tradisional saat ini belum ke lepas pantai, padahal di area itulah sebenarnya terdapat over ikanâ€, ujarnya. Kata Rustadi, hampir 50 persen kebutuhan ikan di Yogyakarta didatangkan dari luar, terutama perikanan darat seperti Lele mendatangkan dari Tulungagung dan Gurame dari Boyolali, serta Nila dari Cangkringan Sleman. Dengan meningkatnya kaum menengah atas di DIY menjadikan peluang pasar ikan semakin terbuka lebar. “Artinya konsumen sudah pintar, sudah pandai memilih makanan, karena itu makanan yang akan dikembangkan justru ikan segarâ€, katanya. Dari berbagai diskusi yang dilakukan, Rustadi menambahkan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM berharap DIY menjadi sentra pasar ikan yang hidup untuk dikonsumsi. Seperti yang telah dikembangkan selama ini di Depok dan Pantai Kuwaru Bantul, Baron Wonosari, Glagah Kulonprogo, termasuk Inkubator Mina Bisnis milik Fakultas Pertanian UGM. Rustadi mengakui kebijakan nasional dengan program INKA MINA mendukung keinginan DIY menjadi sentra ikan segar siap dikonsumsi. Bahkan dari program ini pada tahun 2011 dan 2012, DIY telah mendapat bantuan 4 kapal untuk menangkap ikan lepas pantai. “Nelayan merupakan SDM yang harus diseriusi. Mereka pun kita ajak magang ke Cilacap, terutama nelayan yang belum terbiasa menangkap ikan di lepas pantai agar terbiasa. Keempat kapal sekarang berada di Sadeng, kita berharap mereka segera siap karena di tahun 2013 pelabuhan Adikarto diresmikanâ€, imbuh Ketua Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM. (Humas UGM/ Agung)