Mempertahankan desertasi “Analisis Kritis Karya Terjemahan Max Lane Atas karya Pramoedya Ananta Toer Bumi Manusiaâ€, Erna Zulaeni, Module Coordiator, Stenden University Bali dinyatakan lulus Program Doktor Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya UGM. Dengan didampingi promotor Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo dan ko-promotor Dr. F.X. Nadar, M.A serta Prof. Stephanus Djawani, M.A., Ph.D, ia dinyatakan sebagai doktor pertama yang melakukan penelitian terjemahan karya sastra asli (bahasa Indonesia) ke dalam bahasa asing (bahasa Inggris).
“Ini memang diluar kebiasaan, saya yang pertama melakukan ini. Kebanyakan yang dilakukan biasanya meneliti sastra terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia. Saya sebaliknyaâ€, katanya di Auditorium Gedung Margono, FIB UGM, Rabu (10/4).
Kata Erna, menerjemahkan suatu karya sastra beraliran roman bersejarah bukanlah hal mudah. Karena sifatnya yang merupakan cerminan kehidupan masyarakat di dalam dunia nyata. Didalamnya dipastikan terkandung banyak sekali hal yang bersifat sosio-kultural yang terkait dengan bahasa dan berperan besar dalam menentukan bentuk bahasa yang dipakai oleh para tokohnya.
“Dengan kata lain,pengetahuan linguistik baik dari bahasa sumber (BS) dan bahasa target (BT) saja tidak cukup. Pengetahuan mengenai kehidupan sosial dan kultural yang terkait dengan bahasa dari masyarakat penutur BS dan BT mutlak harus dimiliki seorang penerjemahâ€, katanya.
Penerjemah, menurut Erna, memiliki peran ganda, disatu pihak berperan sebagai pembaca seorang yang harus memahami semua keinginan penulis dan di pihak lain sebagai penulis yang harus menyusun kembali semua yang sudah difahaminya dengan menggunakan bahasa lain dengan tidak mengurangi kandungan makna apapun.
“Jika bisa harus mempertahankan bentuknya. Hal pertama yang wajib dilakukan seorang penerjemah ketika akan memulai menerjemahkan suatu naskah sastra adalah mencurigai kata-kata dan ungkapan bentuk lain yang tidak ditulis dalam BS, karena bisa dipastikan kata-kata tersebut sengaja dipakai oleh penulisnya dengan misi khusus dan untuk tujuan tertentu, apalagi misi dan tujuan ini sering hanya tersirat,â€jelas Erna, yang pernah menjadi asisten dosen UGM tahun 2007.
Sebagai karya sastra aliran roman-bersejarah ‘Bumi Manusia’, Erna mengungkap roman ini sarat dengan kandungan nilai sosial dan budaya, padahal hampir bisa dipastikan nilai-nilai sosial budaya dari masyarakat kelompok berbahasa dari NS sangat berbeda dengan apa yang dimiliki oleh kelompok masyarakat berbahasa pada NT. Terkait hal ini, seorang penerjemah dihimbau sebaiknya mengangkut semua hal yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial dan budaya dari kehidupan masyarakat yang ada dalam NS.
Di akhir desertasi,Erna berharap bisa memberi bimbingan cara menerjemahkan karya sastra berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dengan jelas rinci. Dengan demikian menumbuhkan penerjemah yang tergerak untuk menerjemahkan karya satra Indonesia ke dalam bahasa Inggris. (Humas UGM/ Agung)