BANTUL – Muktohar , 47 tahun, sumringah saat dipanggil namanya untuk mendapat hadiah seeokor kambing. Pria asal Dusun Kwasen, Srimartani, Piyungan, Bantul ini tidak menyangka jika dirinya didaulat jadi juara satu untuk lomba panen padi SRI (System of Rice Intensification), yang diadakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Muktohar merupakan salah satu dari 15 petani asal Desa Srimartani yang mengikuti perlombaan ini. Karena hasil panennya 9,04 ton per hektar, Mukhtohar dipilih sebagai pemenang pertama, mengalahkan peserta lainnya yang hanya berhasil mendapatkan panen sekitar 7 ton per hektar. “Saya baru pertama kali ini pake SRI, ternyata lebih gampang,†kata Muktohar di Balai Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, Rabu (10/4).
Meski baru pertama mencoba dengan lahan kurang lebih 700 meter persegi, namun Muktohar mengaku dirinya akan terus melanjutkan menggunakan sistem cocok tanam padi SRI yang disebutnya ‘Sistem Rodo Irit’ ini. “Kalo dulu saya panen hanya 12-13 karung sekarang bisa sampai 16 karung,†tambahnya.
Namun demikian, ia mengaku persoalan gulma menjadi salah satu tantangan dalam menggunakan sistem budidaya tanam padi SRI sehingga menurutnya dibutuhkan ketelatenan dan perhatian khusus untuk mengurus garapan sawah dari serangan gulma dan hama. “Rumput lebih mudah tumbuh,†imbuhnya.
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M. Eng., Dekan FTP, mengatakan model teknologi budidaya padi hemat air, pupuk dan benih sudah dirintis sejak dua tahun lalu dimulai dari tahap sosialisasi, pembuatan demplot hingga Ujicoba ke petani. “Pelaksanaan lomba hanya untuk merangsang mereka mengimplementasikan saja,†katanya.
Lilik menyebutkan budidaya tanam padi SRI mampu meningkatkan produksi panen petani sekitar 4-5 ton setiap kali panen. Kendati baru berhasil mengajak 15 petani, keberhasilan hasil panen pertama ini mampu memotivasi petani lain untuk ikut. “Musim tanam tahun ini ada mulai 45 petani yang sudah mau ikut,†katanya.
Diakui Lilik tidak mudah mengajak petani untuk mengikuti budidaya cocok tanam padi SRI, pasalnya petani terbiasa dengan sistem konvensional. “Petani terbiasa menggunakan air berlimpah,†imbuhnya.
Lewat budidaya tanam padi SRI, petani tidak hanya diajak menghemat air, tapi juga pupuk dan benih. Khusus untuk pupuk, mereka dibiasakan menggunakan pupuk organik. Dari 17 dusun yang ada di Desa Srimartani ini diperkirakan 400 hektar lahan yang potensial dikembangkan budidaya padi SRI.
Kepala Seksi Pengolahan Lahan dan Air, Dinas Pertanian Kabupaten Bantul, Arifin Hartanto, mengatakan budidaya tanam padi SRI diharapkan bisa meningkatkan ketersediaan pangan di Kabupaten Bantul. Oleh karena setiap tahun diperkirakan 40 hektar lahan pertanian yang beralih fungsi jadi lahan bangunan. “Ketersediaan pangan makin berkurang,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)