Perkembangan iman Katolik di Manggarai selalu berlangsung dalam dialog intensif antara Kekatolikan dan nilai budaya di Manggarai sehingga kedua unsur ini dapat saling memperkaya. Dengan adanya ruang perjumpaan dan dialog antara Kekatolikan dan nilai-nilai budaya Manggarai, iman Katolik dapat berkembang dengan pesat di Manggarai.
Hal ini ditegaskan oleh mahasiswa Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), Fransiska Widyawati, pada ujian terbuka promosi doktor Sekolah Pascasarjana UGM, Kamis (11/4). Fransiska berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul The Development of Catholicism in Flores, Eastern Indonesia: Manggarai Identity, Religion and Politics. ICRS merupakan konsorsium tiga universitas, yaitu UGM, UIN Sunan Kalijaga, dan UKDW.
“Ini merupakan kajian perkembangan Kekatolikan di Maggarai tahun 1912-2012,â€tutur Fransiska.
Ia melihat situasi dan kondisi masyarakat Manggarai yang mudah menerima ajaran Katolik dan menjadikan Kekatolikan sebagai bagian dari identitas mereka merupakan hal yang turut mendukung perkembangan pesat gereja Katolik di Manggarai. Namun, perkembangan Kekatolikan di Manggarai juga diwarnai dengan masalah, konflik dan pergulatan. Proses pembentukan identitas “Katolik-Manggarai†dilewati melalui suatu proses yang lama dan berhadapan dengan berbagai tantangan dan konflik.
“Bagi masyarakat Manggarai itu sendiri, Kekatolikan tidak dapat dialami secara murni, terlepas dari nilai dan norma kebudayaan yang telah ada jauh sebelum Kekatolikan,â€terangnya.
Dalam penelitiannya itu Fransiska menilai bahwa bentuk-bentuk perjumpaan dan dialog dapat mewujud dalam keyakinan atau teologi dasar, tata sosial, simbol religius maupun fungsi agama bagi masyarakat. Situasi ini kemudian menjadi sebuah tantangan bagi teologi untuk dapat mengembangkan suatu bentuk pendekatan inter-kultural, tidak hanya sekedar menerapkan konsep teologi yang berasal dari luar ke dalam konteks lokal.
“Dari sini maka muncul bentuk pemikiran teoritis baru yaitu relasi keberagaman dengan kebudayaan lokal yang bersifat mutual dan dominan,â€katanya.
Penelitian yang dilakukan Fransiska ini fokus pada tiga topik pembahasan, yaitu proses perkembangan agama Katolik di Manggarai, bagaimana dampak eksistensi Kekatolikan bagi masyarakat Manggarai dan tantangan dan peluang teologis yang muncul dalam pertemuan antara Kekatolikan dan nilai-nilai keyakinan dan kebudayaan asli Manggarai.
Di akhir disertasi Fransiska menegaskan bahwa perjumpaan dan dialog antara agama dan kebudayaan merupakan suatu hal yang bersifat dinamis dan mutualis. Proses perkembangan iman Katolik di Manggarai merupakan salah satu contoh hubungan yang dinamis dan mutualis dalam perjumpaan dan dialog antara agama dan kebudayaan lokal (Humas UGM/Satria AN)