Belalang goreng merupakan cemilan tak biasa yang bisa Anda temukan di daerah Gunung Kidul. Di sepanjang Wonosari ada banyak warung yang menjual berbagai cemilan hasil olahan belalang, salah satunya yang paling laris adalah belalang goreng.
Bagi Anda yang pertama kali menemui kuliner, mungkin terasa penasaran bercampur geli. Rasanya mirip dengan udang dengan kandungan protein cukup tinggi. Pada kondisi basah, bisa mencapai 40 persen dan setelah kering dan digoreng meningkat menjadi 60 persen. Karena tingginya kandungan protein, bagi penderita alergi terhadap udang tentu akan merasakan alergi yang sama setelah mengonsumsi belalang.
Dibilang khas cemilan Gunungkidul, olahan kuliner ini sulit ditemukan di tempat lain. Di Gunungkidul, belalang goreng biasanya dijadikan lauk bersanding dengan nasi merah dan lombok ijo. Tentu saja, belalang yang digunakan bukan sembarang belalang, namun belalang kayu (Valanga nigricornis) yang hidup pada pohon ketela, jagung, pucuk pohon jati dan akasia.
Adalah Ridho Andika Putra, mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian dan Biosistem UGM angkatan 2010 membuat terobosan baru mengolah belalang menjadi nugget. Ia berharap belalang nugget menjadi salah satu alternatif pilihan di bidang pangan yang dapat diterima konsumen dari tingkat anak-anak maupun dewasa sebagai lauk maupun camilan.
“Saya berharap belalang yang diolah menjadi nugget, ini bisa membuat masyarakat tertarik karena dari segi penyajian sangat praktis, dan selama ini kalau kita melihat olahan belalang umumya hanya digoreng dengan tekstur masih kasar,†papar Ridho, di FTP UGM, jum’at (12/4).
Ridho mengaku membuat produk belalang nugget merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah dalam aspek bentuk dan cara penyajiannya. Produk olahan inipun diharapkan membantu ketercukupan konsumsi protein di tengah masyarakat. “Ini merupakan pengembangan diversifikasi pangan lokal yang tidak tergantung impor. Sebagai sumber makanan yang kaya protein, belalang nugget diharapkan membantu asupan gizi untuk masyarakat miskin, karena harganya yang terjangkau,†ungkap Ridho.
Proses pembuatan belalang nugget, kata Ridho tidak terlalu rumit. Langkah awal adalah membersihkan belalang dan dikukus setengan matang. Setelah belalang dikukus setengah matang digiling kasar dan dilakukan pencampuran dengan bumbu yang telah dihaluskan. Bumbu-bumbu tersebut terdiri dari bawang putih, lada garam dan penyedap rasa, tepung sagu, air, dan telur.
Belalang yang giling yang bercampur dengan bumbu lantas dicetak dalam loyang dan dikukus selama 15 menit. Langkah selanjutnya ditiriskan dan dilakukan pemotongan berbentuk segi empat dengan dilapisi dengan putih telur dan tepung panir atau disebut breading. “Setelah itu digoreng dan jadilah produk belalang nugget,†jelasnya.
Motivasi Ridho Andika membuat produk belalang nugget yang mendapat dana dari Dikti untuk Progam Kreatifitas Mahasiswa (PKM) tahun 2013 adalah untuk memenuhi ketercukupan protein bagi masyarakat miskin. Sebab hingga saat ini Indonesia dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa, masih dihadapkan pada masalah kualitas SDM yang rendah. Kualitas SDM yang rendah tersebut tercermin dari rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Sementara, pangan dan gizi sangat terkait dengan upaya peningkatan sumber daya manusia. Bahwa ketersediaan pangan yang cukup untuk seluruh penduduk di suatu wilayah belum dapat digunakan sebagai jaminan terhindarnya penduduk dari masalah pangan dan gizi. “Aspek pola konsumsi atau keseimbangan kontribusi di antara jenis pangan yang dikonsumsi perlu diperhatikan. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, dan untuk dapat mencukupi asupan protein masyarakat miskin salah satunya dengan melalui penganekaragaman pangan berprotein tinggi,†imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)