Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM berhasil mendominasi juara dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Agrotek 2013. Delegasi UGM berhasil meraih juara I dan juara II pada kompetisi yang mengangkat tema Potensi Lahan Sempit dan Lahan Tidur untuk Menunjang Kesejahteraan Masyarakat di UPN Yogyakarta 23 Maret 2013 lalu.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi dan Kerjasama Himpunan Mahasiswa Agronomi Indonesia (FKK Himagri) Wilayah III ini tim UGM yang beranggotakan Eni Kaeni, Fathin Nabihaty, dan Zesy Ayu Tri Astuti sukses meraih juara I dengan mengusung ide tentang VEROLA OPTIMA : Optimizing Vertical Organic Mini Landscape For Periurban Healthy Societ. Sementara tim kedua yakni Abdul Malik, Muhammad Iqbal, dan Muhammad Mujadid Faiqon berhasil meraih juara II berkat konsep Rekayasa Optimalisasi Produktivitas Lahan melalui Implementasi Agri Fish Integrated Farming (AFIF) untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani di Kawasan Pinggiran Perkotaan. Kedua tim merupakan delegasi Ikatan Mahasiswa Agronomi dan Pemuliaan Tanaman (IMAGRO) Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Zesy Ayu menuturkan kepemilikan lahan yang sempit menjadi kendala utama sektor pertanian di kawasan pinggiran perkotaan saat ini. Karenanya dibutuhkan penanganan secara segera dengan implementasi pendekatan baru untuk memperkuat fungsi sektor pertanian sebagai penopang kebutuhan keluarga. di antaranya adalah “Agri Fish Integrated Farming (AFIF) dan VEROLA OPTIMA : Optimizing Vertical Organic Mini Landscape For Periurban Healthy Society merupakan pendekatan yang berpeluang untuk mengatasi permasalahan pertanian di kawasan pinggiran perkotaan,†jelasnya dalam rilis yang dikirim Senin (15/4).
Ditambahkan Zesy Ayu, melalui kompetisi ini mereka berharap dapat menginisiasikan pilot project pengembangan periurban agriculture untuk mendukung program ketahanan pangan melalui berbagai mekanisme dan teknologi budidaya pertanian lahan sempit. Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk merambah lahan-lahan tidur yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sementara untuk sistem pengelolaannya tidak hanya bertumpu pada teknologi budidaya saja, akan tetapi melibatkan aspek kearifan lokal masing-masing wilayah periurban untuk mengoptimalkan hasilnya. “Dengan begitu penyempitan dan alih fungsi lahan pertanian yang selama ini dianggap sebagai biang masalah kelangkaan pangan dapat diatasi dengan teknologi pertanian terintegrasi tanpa menimbulkan konflik sosial dan dinilai layak secara ekonomi, ekologi, sosial,†urainya.(Humas UGM/Ika)