Antara Indonesia dan Chile telah sepakat melakukan kelompok studi bersama memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas bilateral yang telah dimulai semenjak November 2008. Studi bersama kedua negara ini berakhir pada awal 2010, dengan memberikan rekomendasi bagi otoritas politik kedua negara.
Menurut Prof. Eliel Hasson, guru besar di Adolfo Ibáñez Universitas Law School , hubungan Indonesia dan Chili telah berkembang beberapa tahun terakhir dengan terbentuknya Komisi Bersama, untuk memajukan kerjasama pada berbagai kepentingan bilateral dan regional. Bahkan Indonesia dan Chili telah erat bekerja bersama dan keduanya menyanggupi untuk memperluas hubungan mengingat pentingnya posisi kedua negara di Asia Tenggara dan wilayah Amerika Latin.
“Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN dan menduduki populasi penduduk terpadat keempat di dunia, sementara Chili merupakan salah satu negara dengan perekonomian paling maju di kawasan Amerika Latin,†ujarnya di Fakultas Hukum UGM, Kamis (18/4) saat berlangsung stadium general bertema “Doing Business in Chile as a Regional Platform: Free Trade Agreements and Government Procurement Opportunitiesâ€.
Sebagai Latin-American Liaison at The National Law Center for Inter-American Free Trade, Prof. Eliel mengakui, antara Indonesia dan Chili saling melengkapi dalam bisnis perdagangan. Meski hubungan perdagangan kedua negara masih terbatas, namun komoditas non migas dan perdagangan kedua negara telah mencapai US $ 400 juta di tahun 2008.
Chili saat ini menempati urutan ke-51 dalam tujuan ekspor Indonesia dan Indonesia menduduki peringkat ke-35 dalam tujuan ekspor Chili. Hal ini menunjukkan komplementaritas perdagangan yang signifikan antara kedua negara, Chili memasok produk-produk pertanian, produk berbasis sumber daya, barang-barang manufaktur dan jasa, sedangkan Indonesia memasok berbagai produk makanan olahan dan barang padat karya lainnya dan manufaktur lainnya.
“Ada lingkup besar yang membuka peluang untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi, termasuk mengatasi hambatan perdagangan dan investasi di kedua negara. Karena itulah dengan Kelompok Studi Bersama (JSG) ini memungkinkan untuk menggali potensi perdagangan barang dan jasa, investasi dan kerjasama,†katanya. (Humas UGM/ Agung)