Harus ada keseimbangan pada peran ganda yang dimiliki seorang wanita karir. Hal ini dilontarkan oleh Dr. Novi Siti Kussuji Indrastuti, M.Hum. Dr. Novi adalah dosen di Jurusan Sastra Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bagian Pelayanan Masyarakat, dan Disaster Response Unit (DERU) LPPM UGM.
Keseimbangan pada peran ganda yang dimaksud Novi adalah keseimbangan antara perannya di rumah dan di dunia kerja. Menurut Bu Novi, panggilan akrab Dr. Novi, sebagai seorang wanita karir harus memiliki strategi khusus dalam membagi waktu tersebut.
“Suatu saat peran kita mungkin bisa digantikan oleh orang lain misalnya pembantu. Tapi ketika kita sudah lepas dari rutinitas pekerjaan maka peran kita sebagai ibu rumah tangga melekat lagi,â€papar Bu Novi dalam sebuah perbincangan santai di LPPM UGM, Rabu (24/4).
Dua kata kunci tadi, yaitu pembagian waktu dan pengaturan strategi selalu diterapkan oleh Bu Novi pada aktifitasnya sehari-hari. Meskipun kesibukannya cukup padat namun ia selalu berusaha memanfaatkan hari libur Sabtu dan Minggu untuk keluarga.
Kesibukan yang padat tersebut ternyata tidak mengurangi aktifitasnya menulis. Sampai saat ini kurang lebih sudah ada 10 buku ilmiah ditulisnya, seperti Kamus Korea-Indonesia, Indonesia-Korea, Mengasah Keterampilan Berwicara dan Buku Percakapan Bahasa Korea Sehari-hari.
Selain mengajar ia pun sering menjadi pembicara berbagai seminar internasional seperti di Korea, Thailand, Brunei, Malaysia dan Singapura. Ini tidak lepas dari kesibukan Bu Novi sebelumnya sebagai Kepala Pusat Studi Korea.
Kini, dengan kesibukannya yang baru di DERU UGM kesibukan Bu Novi kian padat. Apalagi aktifitas di DERU banyak bersinggungan dengan persoalan kepedulian masyarakat di berbagai daerah.
“Tidak ada masalah tinggal penyesuaian saja. Karena prinsipnya semua aspek kehidupan manusia itu selalu terkait dengan budaya. Nah, DERU khan banyak bersinggungan dengan persoalan kemanusiaan berdasar kepedulian,â€kata perempuan tiga putra ini.
Bicara tentang partisipasi perempuan Indonesia di banyak bidang Bu Novi melihat sudah cukup maju. Setidaknya jika dibandingkan dengan perempuan di Korea. Dari sejarahnya posisi perempuan Korea menurut Bu Novi ‘tidak bisa digantikan’ oleh orang lain. Maka tidak heran jika lebih banyak perempuan Indonesia yang berkarir seperti di dunia pendidikan.
“Bisa dilihat kok dosen, doktor hingga profesor perempuan Indonesia lebih banyak disbanding di Korea,â€urai Novi.
Nah, satu hal yang tidak boleh dilupakan menurut Novi adalah menyeimbangkan antara otak kanan dan kiri. Meskipun kesibukannya cukup padat ia masih sempat meluangkan waktu untuk berekreasi dan berkesenian. “Biar seimbang dan tidak stres kita butuh hiburan dengan rekreasi dan seni,â€pungkas Novi (Humas UGM/Satria AN)