Sebagai universitas terbesar dan terbaik di Indonesia, Universitas Gadjah Mada wajib mempersiapkan generasi muda untuk bersaing di kancah masyarakat internasional, dengan tetap berakar pada kebudayaan dan kepentingan Indonesia. Bahwa generasi muda terbaik yang dihasilkan UGM harus mampu menjadikan Indonesia sebagai negara yang makmur dan bermartabat sekaligus menjadi salah satu penggerak kebangkitan Asia.
“Tema Hari Pendidikan Nasional tahun ini, Meningkatkan Kualitas dan Akses Pendidikan Berkeadilan. Dengan tema tersebut kita berharap posisi penting pendidikan mampu mengatasi kemiskinan, ketidaktahuan dan keterbelakangan peradaban,†ujar Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno , M, Soc., Sc, dihalaman Balairung UGM, Kamis (2/5) saat memimpin upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2013.
Dihadapan tenaga pendidik dan kependidikan, Rektor menyebutkan laporan terbaru UNDP berjudul The Rise of The South: Human Progress in a Diverse World menunjukkan bila pembangunan di dunia selatan telah mengalami perkembangan yang mengagumkan, yang diprediksi akan mengambil alih dominasi negara-negara utara. Ekonomi dunia dalam 150 tahun terakhir ini didominasi oleh kekuatan industri besar di dunia utara, yaitu Amerika Serikat, Inggris Raya, Jerman, Perancis, Kanada dan Itali. Namun untuk pertama kali setelah 150 tahun lebih, dominasi ekonomi negara-negara utara mendapat saingan kekuatan ekonomi besar di Cina, Brasil dan India di lapis pertama, disusul Indonesia, Mexico, Afrika Selatan dan Turki.
“Kontribusi Indonesia diprediksi sangat signifikan. Oleh beberapa analisis, seperti yang dilakukan oleh Standard Charter Bank dan Citibank, Indonesia saat ini berada di urutan 16 ekonomi terbesar dunia, dan akan terus naik menjadi 10 besar dunia di tahun 2040,†katanya.
Sayang, ditengah peluang yang menggembirakan tersebut, kata Rektor, kualitas sumber daya manusia masih memprihatinkan. Laporan UNESCO tahun 2013 menunjukkan Indeks Pembangunan Pendidikan Indonesia masih berada di peringkat 69 dari 127 negara. Sementara data Kemendikbud, jumlah penyandang buta aksara mencapai 6,7 juta jiwa di tahun 2011. “Ini tentu menjadi tantangan besar Indonesia untuk memperoleh SDM handal,†tuturnya.
Untuk itu, UGM terus berkomitmen meningkatkan akses pendidikan dari keluarga miskin serta dari daerah tertinggal, termiskin dan terdepan. Pada tahun akademik 2013/2014, UGM merancang sebanyak 18 persen mahasiswa baru membayar nol rupiah. Bahkan sebagian memperoleh bantuan biaya hidup, sedangkan sebanyak 29 persen mahasiswa membayar SPP secara tidak penuh.
“Dengan demikian sebanyak 47 persen, mahasiswa baru UGM mendapatkan beasiswa, dan UGM akan terus melakukan peningkatan kualitas tridharma,†imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)