Mantan Kepala Staf Teritorial (Kaster) TNI AD, Letjen (Purn) Agus Widjojo menilai bangsa Indonesia saat ini masih menganut teori kepemimpinan orang besar. Masyarakat lebih fokus dan tertarik pada sosok pemimpin dari sisi fisik dan citra. Sementara itu mereka tidak melihat hasil-hasil pembangunan yang telah dihasilkan dari sosok sang pemimpin tadi.
“Masyarakat misalnya melihat Bung Karmo sebagai pemimpin kharismatik dan pandai berpidato. Sedangkan di sisi lain melihat Pak Harto tidak punya daya tarik lebih namun justru mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat,â€papar Agus pada Seminar Bulanan Ekonomika Kerakyatan dengan tema Membangun Ekonomi Menuju Desa Mandiri di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Selasa (7/5) petang.
Menurut Agus hal terpenting yang perlu diperhatikan dari sebuah kepemimpinan adalah bagaimana proses yang terjadi kepada organisasi yang dipimpin dan para pengikutnya. Apakah organisasi yang dipimpinnya maju dan berkembang atau tidak. Selain itu apakah para pengikutnya akan efektif dan merasakan kesejahteraan atau belum.
“Jangan sampai terjebak dan fanatik pada sosok pemimpin ‘imitatif’ sifatnya. Dilihat bagaimana ia memajukan organisasi dan pengikutnya,â€urainya.
Untuk itu Agus berharap masyarakat bisa lebih pandai dalam memilih seorang pemimpin. Pemimpin yang memiliki komitmen nilai, etika serta berkarakter profesional. Seorang pemimpin yang mampu memotivasi para pengikutnya.
Agus juga menyinggung kesiapan Indonesia di tahun 2025 mendatang ketika ekonomi Indonesia diprediksi sejajar dengan beberapa negara besar seperti China dan Brazil. Indonesia menurutnya mempunyai modal agar ekonominya tumbuh dan berkembang, seperti populasi penduduk yang besar serta sumber daya alam yang melimpah.
“Memang belum cukup karena potensi ekonomi yang sudah ada ini harus diolah melalui SDM yang handal dan produktif,â€tutur Agus.
Ia berharap agar masyarakat tidak buru-buru bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang diraih saat ini sebesar 6%. Pertumbuhan ekonomi yang diraih saat ini, kata Agus, tidak semata-mata optimalisasi potensi yang ada namun juga karena faktor eksternal.
Sementara itu koordinator Dashboard Ekonomika Kerakyatan (DEK) FEB UGM, Prof. Dr. Gunawan Sumodiningrat, M.Ec menegaskan kembali tujuan mewujudkan konsep ekonomi kerakyatan dalam realita percontohan pembangunan komunitas kecamatan, one person one product, one village one product, one village one corporation. DEK juga telah menyusun beberapa program seperti seminar, workshop bulanan yang menghadirkan narasumber dan praktisi berkompeten di bidangnya (Humas UGM/Satria AN)