Universitas Gadjah Mada menegaskan terus berupaya memperbesar alokasi penerimaan mahasiswa untuk daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T) untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi yang berkualitas.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D, menyebutkan kebijakan afirmatif itu didorong untuk memberikan kesempatan bagi calon mahasiswa dari daerah agar setelah lulus bisa memperkuat pemerintah daerah.
“Kebijakan afirmatif dibutuhkan, kita pahami, keragaman pendidikan di daerah. Akses kuliah di perguruan tinggi harus kita buka agar mereka yang dari daerah bisa tingkatkan kualitas pendidikan,” kata Iwan D Prahasto, di Kampus UGM baru-baru ini.
Saat ini disebutkan, cukup banyak mahasiswa asal kawasan Indonesia Timur, terutama untuk jenjang studi pascasarjana mendapatkan kesempatan belajar di UGM. Namun, untuk S-1 diakui butuh peningkatan jumlah lulusan SMA/SMK/MA yang berkesempatan kuliah.
Secara khusus, disebutkan, berdasar data pola seleksi masuk lewat SNMPTN, banyak calon mahasiswa yang memilih UGM sebagai pilihan.
Guna menjembatani kebutuhan tenaga ahli dan terampil untuk membangun daerah, UGM rutin mengirimkan mahasiswa dalam program kuliah kerja nyata, baik reguler maupun tematik. Mereka didorong untuk bisa membantu masyarakat, lewat teknologi tepat guna.
“S1 dan vokasi memang masih lebih sedikit, UGM ke depan terus berupaya memperbesar porsi. Kita sudah lama sebenarnya buka akses ini, termasuk upaya pendampingan calon mahasiswa terbaik yang potensial, agar tidak gagal di tengah jalan dalam belajar,” kata Iwan.
Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc menambahkan ada pekerjaan berat dalam bidang pendidikan untuk peningkatan akses pendidikan khususnya di pendidikan tinggi. Akses mahasiswa dari keluarga miskin, daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) harus bisa dibuka lebih luas agar terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Melalui program peningkatan akses berkualitas dan akses pendidikan yang berkeadilan, pendidikan bisa mengatasi kemiskinan, ketidaktahuan dan keterbelakangan peradaban,” katanya.
Berdasar laporan terbaru UNDP ada kemajuan penting dalam pembangunan di dunia selatan, yang cukup mengagumkan. Ekonomi dunia yang dalam 150-an tahun terakhir dikuasai oleh industri besar dunia seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, Jerman, Perancis, Kanada dan Italia kini mulai beralih ke selatan.
“Ekonomi negara-negara utara tersaingi kekuatan di selatan, seperti Cina, Brasil dan India. Indonesia menyusul di lapis kedua bersama Mexico, Afrika Selatan dan Turki. Pendidikan tinggi, seperti UGM tentu harus bisa menghasilkan sumber daya manusia terdidik,” ungkap Pratikno. (Humas UGM/ Agung).