YOGYAKARTA – Tim Rock Tab dari Mahasiswa Universitas Lampung (Unila) berhasil menjadi juara I dalam Lomba rancang kuda – kuda tingkat nasional V yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, di Plaza KPTU Fakultas Teknik UGM, 19 – 21 Mei. Sedangkan tim Timberwork Universitas Gadjah Mada harus puas diurutan kedua, disusul tim Fortius Phartenon dari Universitas Indonesia yang menjadi juara III. Sedangkan Juara Terinovatif diraih tim Jabon dari Universitas Sriwijaya, Palembang.
Lomba Rancang Kuda-kuda Tingkat Nasional Kelima ini diikuti 42 tim dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia. Beberapa diantaranya ITS, Universitas Negeri Mataram, Univ Negeri Gorontalo, Politekik Negeri Bandung, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Negeri Yogyakarta.
Ketua Panitia Lomba, Agustinus Rizky mengatakan lomba rancang kuda-kuda semacam lomba membuat desain rangka atap dengan menggunakan bahan dasar kayu. Tiao peserta merancang rangka atap lalu melakukan estimasi kemampuan dalam menahan beban maksimal. “Yang dinilai tingkat efisiensi dan ketepatan terhadap estimasi ketahanan beban saat diuji,†kata Rizky ditemui usai penutupan dan pengumuman pemenang lomba, Selasa Sore (21/5).
Lomba yang mengangkat tema “Inovasi dan Efisiensi†ini menuntut para peserta untuk berpikir cerdas dalam membentuk suatu rangka kuda-kuda yang tidak hanya memiliki bentuk inovatif namun juga ringan, kuat, dan efisien. Khusus perlombaan kali ini, setiap peserta hanya boleh menggunakan kayu dengan jenis mutu rendah yang ada di pasaran seperti sengon, akasia, glugu, dengan memiliki berat jenis 0,6. Alasan untuk menggunakan kayu dengan mutu rendah ini diakui Rizky dalam rangka mendukung program pemerintah untuk mengurangi pengambilan bahan baku dari hutan alam untuk bahan baku membangun rumah. “Selain harganya yang murah, kayunya kualitas rendah bisa dibuat kokoh dengan model rancangan yang baik,†katanya.
Untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan masing-masing rangka atap yang berukuran panjang 100 cm dan tinggi 40 cm hingga 50 cm ini lalu diuji dengan memberikan perlakukan pemberian beban dengan kenaikan setiap 10 kilogram. “Rangka harus hancur sesuai dengan perkiraan jumlah beban yang sudah dihitung sebelumnya. Jika meleset maka ada pengurangan nilai,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)