Penyebab terjadinya kematian ibu di Indonesia sangat beragam, baik medis maupun non medis. Data Kementrian Kesehatan RI (2009) menyatakan bahwa 90% kematian ibu terjadi saat persalinan. Tim Kajian Angka Kematian Ibu (AKI)-Angka Kematian Anak (AKA) dari Kementrian Kesehatan mengemukakan bahwa menurut penyebabnya, kematian ibu paling banyak terjadi karena perdarahan, sedangkan menurut waktunya, banyak terjadi saat persalinan.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Shrimarti Rukmini Devy mengatakan salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia adalah rendahnya kunjungan ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan dan rendahnya persalinan ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan.Data Riskesda 2010 dalam Rakornas PKH Kemenkes RI Dirjen Bina Gizi dan KIA persalinan pada tenaga kesehatan mulai tahun 1990-2010 terus mengalami kenaikan.
“Pada tahun 2010 persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 82,2%,”papar Devy pada ujian terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Kamis (23/5).
Pada kesempatan tersebut Devy mempertahankan disertasinya yang berjudul Model Promosi Kesehatan Ibu Hamil Guna Meningkatkan Perawatan Kehamilan dan Persalinan Pada Tenaga Kesehatan.
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi terpadat di Pulau Jawa, serta memiliki beragam etnis, diantaranya adalah etnis Madura yang berdomisili di wilayah Pulau Madura dan pesisir utara Jawa Timur yang biasa disebut daerah “tapal kuda” (Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Jember). Budaya masyarakat Madura sangat unik dan spesifik, yaitu sangat memegang teguh budaya dan sangat patuh pada pemimpinanya. Sampang merupakan salah satu dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur yang memiliki kondisi kesehatan ibu hamil yang belum maksimal.
“Ini perlu upaya preventif berupa kegiatan promosi kesehatan khusus bagi ibu hamil,”katanya.
Lokasi penelitiannya dilakukan di desa Rapa Laok dan Desa Tambak, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura. Dari hasil community analysis diperoleh rancangan model promosi kesehatan bagi ibu hamil di Desa Rapa Laok yang diberi nama: Promosi Kesehatan Ibu Mandiri (PROKESIMA). Inovasi PROKESIMA yang utama pada kolaborasi antara kegiatan kesehatan (health education) dan kegiatan ekonomi produktif (pertanian).
Penerapan PROKESIMA ini merupakan inovasi bagi anggota Kelompok Ibu Mandiri (KIM), berpedoman pada tiga misi promosi kesehatan, yaitu social support, empowerment, dan advokasi. “Model PROKESIMA ini lebih baik daripada model promosi kesehatan pra penelitian di desa Rapa Laok,”jelas perempuan kelahiran Surabaya, 15 Februari 1966 tersebut.
Dari penelitian itu juga terlihat adanya sinergi kegiatan antara Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian dalam kegiatan PROKESIMA. Ke depan perlu diselenggarakan kegiatan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan tentang promosi kesehatan, sehingga ada standar yang sama mengenai pemahaman dan kemampuan tenaga kesehatan dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa tentang promosi kesehatan (Humas UGM/Satria AN)