Siapa yang tidak pernah mencicipi manisnya gula. Dapat dipastikan setiap harinya kita mengkonsumsi bahan yang satu ini. Namun tahukan Anda, pengolahan gula meninggalkan limbah berupa ampas tebu. Keberadaan ampas tebu ini sangat melimpah di Indonesia, sayangnya belum begitu dimanfaatkan oleh masyarakat. Kebanyakan hanya dijadikan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap air dalam industri gula.
Kini, ditangan empat mahasiswa Fakultas Pertanian (FTP) UGM ampas tebu diolah menjadi sesuatu yang lebih bernilai guna. Intin Nurwati, Denok Kumalasari, Dena Prischa Putri, dan Wiwik Indriani berhasil mengolah limbah tersebut menjadi silika gel yang biasanya digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur pada obat-obatan, makanan, barang elektronik, serta bahan sensitif lainnya.
Denok menuturkan pembakaran ampas tebu (bagasse) menghasilkan limbah padat yang berupa abu. Sementara dalam abu bagasse diektahui mengandung silika ± 51% dimana silika ini memiliki fasa amorf. Kandungan silika dalam abu bagasse yang cukup tinggi menjadikan abu bagasse berpotensi sebagai bahan baku pembuatan silika gel yang mempunyai nilai tambah secara ekonomi. “Pengembangan ini dilakukan untuk membuat sebuah inovasi dari sesuatu yang tidak terpakai menjadi sesuatu yang berdaya jual,” jelasnya.
Pembuatan silika gel dari ampas tebu dilakukan melalui proses ekstraksi basa ( NaOH ) dan sol-gel. Berdasarkan hasil pengujian FTIR yang telah dilakukan menunjukkan bahwa silika yang telah dibuat bisa dikatakan sebagai silica gel. “Hasilnya memperlihatkan adanya gugus Si-O-Si, Si-O, Si-OH,” terangnya
Denok berharap dengan membuat silika gel dari abu ampas tebu ini nantinya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan silika gel yang selama ini mayoritas masih didatangkan dari luar negeri. Selain itu juga diperoleh silika gel dengan harga yang relatif lebih murah karena memanfaatkan limbah industri.
Silika gel juga dapat diaplikasikan untuk meningkatkan komoditas pertanian, Bahan kemasaan aktifnya dapat membantu menjaga mutu buah sehingga tidak mudah mengalami proses oksidado dan pematangan. “Aplikasi ini dapat digunakan oleh petani, distributor maupun pedagang sehingga dapat meningkatkan keuntungan dengan meminimalkan kerusakan pada buah akibat pematangan buah yang cepat,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika).