Pertumbuhan penduduk yang cukup besar mengakibatkan permintaan dan kebutuhan pangan termasuk produk-produk hasil pertanian antara lain produk hortikultura semakin meningkat. Dari data statistik menunjukkan bahwa jumlah produk hortikultura cenderung mengalami penurunan. Salah satu penyebab penurunan produksi produk holtikultura yaitu terjadi perubahan iklim global yang sangat drastis akibat efek pemanasan global sehingga menyebabkan gagal panen akibat dari tanaman pangan yang mati karena tidak tahan terhadap kondisi cuaca yang sangat ekstrim. Akibatnya dapat mengancam ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang.
Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari familia Cucurbitaceae yang potensial untuk dikembangkan dan dapat menjadi produk unggulan hortikultura. Tanaman melon juga merupakan salah satu penghasil devisa penting Indonesia dan menempati urutan ke-5 dari kelompok hortikultura.
Laboratorium Genetika Fakultas Biologi UGM berhasil mengembangkan melon yang tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem. Hal tersebut dibuktikan adanya panen di lahan milik Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM minggu lalu.
Ketua peneliti, Dr. Budi S. Daryono, M.agr.Sc. menjelaskan kultivar Melodi Gama 3 (MG 3) berhasil dipanen dengan baik walaupun kondisi cuaca pada akhir-akhir ini kurang kondusif bagi tanaman melon. Adanya intensitas hujan yang masih relatif tinggi menurut Budi akan berdampak buruk bagi perkembangan tanaman melon dan bisa mengakibatkan gagal panen karena tanaman melon seharusnya cocok ditanam pada musim kemarau.
“Hasilnya terlihat bahwa kultivar MG 3 terbukti tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem sehingga dapat menghasilkan panen yang cukup baik,”kata Budi, Selasa (28/5) di UGM.
Potensi produksi MG 3 ini bisa mencapai 40 ton/ha. Selain di KP4, saat in MG 3 sedang dilakukan uji multilokasi dan multimusim di daerah dataran tinggi yang terletak di Magetan dan daerah pantai gumuk pasir di Kebumen untuk mengetahui sifat ketahanannya terhadap perubahan cuaca, hama dan penyakit tanaman.
Sementara itu anggota peneliti lainnya Dr. Rina Sri Kasiamdari menambahkan melon MG 3 memiliki keunggulan lain terutama ketahanan tehadap serangan hama dan penyakit. Kultivar MG 3 ini tahan terhadap serangan jamur tepung (powdery mildew) dan jamur kresek yang sering menyerang tanaman melon. MG 3 juga toleran terhadap serangan penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya Kyuri green mottle mozaic virus (KGMMV).
“Kondisi ini memberikan keuntungan bagi petani yaitu dapat mengurangi ongkos produksi terutama untuk pembelian insketisida dan fungisida,”imbuh Rina.
Dr. Tri Joko yang juga anggota peneliti mengatakan bahwa keunggulan lain dari kultivar MG 3 ini yaitu warna daging buah orange yang mengandung beta carotene sehingga cocok bagi kesehatan mata. Melon ini juga memiliki rasa manis, aroma harum, dan memiliki daya simpan yang lebih panjang sehingga secara ekonomi akan lebih menguntungkan.
Penelitian yang didanai oleh DIKTI melalui program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ini akan menghasilkan luaran berupa kultivar melon yang tahan terhadap kondisi cuaca ektrem serta hama penyakit sehingga dapat mendukung program pemerintah untuk percepatan pembangunan ekonomi Indonesia pada sektor pertanian (Humas UGM/Satria AN)