Wakil Ketua MPR RI, Hajrianto Y. Thohari, MA menilai tidak tepat jika ada pandangan yang menyatakan bahwa problem sosial politik, hukum, ekonomi, pertahanan dan keamanan yang terjadi saat ini diakibatkan oleh ketidakberdayaan atau kelemahan Pancasila. Hajrianto mengatakan bukan Pancasila yang lemah atau tidak ‘berbunyi’ dalam genderang modernitas dan globalisasi, tetapi lebih pada ketidakpedulian dan sikap tidak serius masyarakat untuk menerjemahkan Pancasila dalam kebijakan-kebijakan publik yang maslahat.
“Pembudayaan Pancasila dalam setiap sendi kehidupan, terutama sosial dan politik menemukan titik urgensinya,”kata Hajrianto pada Kongres Pancasila V di Balai Senat UGM, Jumat (31/5). Acara digelar oleh Pusat Studi Pancasila UGM selama dua hari, 31 Mei-1 Juni 2013.
Untuk itu, pembudayaan Pancasila yang ber-Keindonesiaan perlu dilakukan melalui serangkaian pelembagaan Pancasila dalam kehidupan sosial dan politik, hukum, ekonomi dan pertahanan-keamanan.
Secara sosiologis, pembudayaan nilai-nilai Pancasila juga dapat melalui pendidikan formal dan informal, sehingga tercipta ruang publik yang dapat melipatgandakan kesadaran dan partisipasi publik dalam mengejawantahkan Pancasila.
“Upaya pembudidayaan ini menjadi kewajiban bersama seluruh bangsa Indonesia tanpa terkecuali,”katanya.
Sementara itu Ketua Harian Pusat Studi Pancasila, Universitas Pancasila, Yudi Latif berpendapat bahwa nilai-nilai ideal Pancasila itu belum sepenuhnya terbumikan dalam kenyataan, terutama karena krisis keteladanan para penyelenggara negara. Membumikan Pancasila sebagai pantulan cita-cita dan kehendak bersama mengharuskan Pancasila hidup dalam realita, tidak hanya menjadi retorika atau verbalisme di pentas politik.
“Karena itu rejuvenasi Pancasila harus dilakukan dengan cara mengukuhkan kembali posisinya sebagai dasar falsafah negara dan mengembangkannya dalam wacana ilmiah,”tutur Yudi.
Sayangnya, saat ini bangsa Indonesia kehilangan semangat membumikan Pancasila seperti yang dipesankan para pendiri bangsa. Untuk menumbuhkan kembali semangat tersebut Yudi berharap agar masyarakat menghayati semangat para pendiri bangsa, seperti semangat pengabdian dan tanggung jawab, semangat kejuangan, serta semangat keadilan dan kemanusiaan (Humas UGM/Satria AN)